REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga telur ayam di berbagai pasar tradisional di Tanah Air terus meningkat melampaui harga acuan pemerintah. Tren tersebut terjadi selepas Idul Fitri 1439 Hijri yah/2018 M. Keterbatasan stok hingga harga pakan yang mahal dituding menjadi penyebab di balik fenomena tersebut.
Di Jakarta, Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) mencatat harga telur ayam rata-rata mencapai Rp 28.650 per kilogram (kg). Harga itu di atas harga acuan di level konsumen, Rp 22 ribu per kg.
Seorang pedagang di Pasar Palmerah, Jakarta Barat, Rizal, menuturkan lonjakan harga mulai terjadi setelah Lebaran lalu. Saat hari raya, harga telur masih Rp 24 ribu per kg. "Kemudian secara berangsur-angsur harga telur naik menjadi Rp 26 ribu per kg, kemudian Rp 30 ribu per kg," kata Rizal, kemarin.
Hal serupa tergambar di Pasar Pagi, Kota Cirebon, Jawa Barat. Berdasarkan pantauan, Rabu (11/7), harga telur ayam mencapai Rp 28 ribu per kg. Pada Lebaran tahun lalu, komoditas itu dihargai paling mahal Rp 23 ribu hingga Rp 24 ribu per kg. "Harga telur ayam bikin pusing. Naiknya tinggi sekali," ujar Novi, seorang pedagang kelontong.
Serupa dengan daerah lain, harga telur ayam di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, juga mengalami kenaikan signifikan. Seperti di Pasar Manis, Kota Purwokerto, telur ayam di jual Rp 29 ribu per kg.
Menurut Wasis, seorang pedagang, menjelang Lebaran, harga telur ayam masih di level Rp 25 ribu per kg atau naik Rp 3.000 dari harga normal. Namun, selepas Lebaran, harga telur ayam tidak beranjak turun, tetapi terus mengalami kenaikan hingga sekarang mencapai Rp 29 ribu per kg.
Di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, harga telur ayam di pasaran melonjak mencapai Rp 32 ribu hingga Rp 33 ribu per kg, sedangkan harga normal adalah Rp 24 ribu per kg. Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi Iwan Karmawan mengatakan, pasokan telur ayam berkurang sehingga harga melonjak.
Di Pasar Raya, Kota Padang, Sumatra Barat, harga per kg telur ayam berkisar antara Rp 22.500 hingga Rp 23.500 per kg. "Selama 20 tahun saya jualan telur, sekarang ini harga paling tinggi," ujar Nurjanah (49), seorang pedagang telur ayam, kemarin.
Meski harga telur ayam sedang tinggi, dia mengaku tidak ada penurunan permintaan dari konsumen. Ia justru merasakan ada peningkatan permintaan dari masyarakat karena pedagang eceran keliling tidak menjual telur yang sedang mahal.
Situasi lebih parah tergambar di Piru, ibu kota Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku. Telur ayam sudah langka sejak empat hari belakangan. "Dan stok tidak ada di pasar," kata salah seorang ibu rumah tangga di Piru, Costantina.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita
Dalih Mendag
Saat dikonfirmasi, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebagai pemicu lonjakan harga telur ayam. Sebab, bahan baku untuk pakan ayam ras merupakan komoditas impor.
"Harga pakan naik karena dolar AS," ujarnya di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu. Mendag pun berencana menemui pengusaha pakan ternak untuk bersama-sama mencari solusi atas kondisi tersebut.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Desianto Budi Utomo mengonfirmasi alasan Mendag. Menurut dia, kurs rupiah per Januari masih berada di level Rp 13.500 per dolar AS. Namun, kurs sekarang mencapai Rp 14.300 sampai Rp 14.400 per dolar AS. "Bahan baku yang memang impor," kata Utomo kepada Republika di Jakarta, kemarin.
Salah satu bahan baku impor yang digunakan adalah bungkil kacang kedelai. Seiring pelemahan rupiah, bungkil pun mengalami kenaikan. Namun, Utomo tidak menyebut besaran kenaikannya.
Harga bahan baku yang tinggi, lanjut dia, menyebabkan pengusaha terpaksa menaikkan harga pakan antara Rp 250 hingga Rp 300 per kg. Saat ini, harga pakan untuk ayam pedaging rata-rata dijual Rp 7.200 per kg, sedangkan untuk ayam petelur antara Rp 6.300 hingga Rp 6.500 per kg. antara/lilis sri handayani/riga nurul iman/halimatus sa'diyah/melisa riska putri/sapto andika candra/eko widiyatno ed: muhammad iqbal