Rabu 11 Jul 2018 12:18 WIB

Survei KedaiKOPI: Jokowi dan Prabowo Kurang Religius

Isu korupsi masih menjadi empat besar masalah utama di Indonesia.

Rep: Idealisa Masyafrina/ Red: Muhammad Hafil
Prabowo Subianto dan Jokowi.
Foto: AP
Prabowo Subianto dan Jokowi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei terbaru dari Lembaga Survei KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia) menyebutkan bahwa publik menilai kurangnya karakter religiusitas dan ketegasan pada Joko Widodo dan Prabowo.

Dalam survei ini, para responden menilai kepribadian dan karakter calon presiden dan calon wakil presiden menjadi salah satu pertimbangan utama.

"Ketika ditanya pertimbangan utama dalam memilih presiden dan wakil presiden, 49,8 persen responden menjawab karakter atau kepribadian capres dan cawapres," kata peneliti KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo, Rabu (11/7).

Dari 12 kata sifat dan kepribadian, Joko Widodo dinilai santun, merakyat, dan humoris. Sedangkan Prabowo Subianto dipersepsi berpengetahuan luas, tegas, dan mengobarkan semangat. Namun keduanya dinilai rendah pada aspek religiusitas.

Peneliti di KedaiKOPI ini menambahkan bahwa pilihan cawapres yang sesuai adalah yang bisa menambal karakter dan kepribadian masing-masing calon presiden.

"Jadi bila Pak Jokowi memandang perlunya figur santri sebagai cawapres memang tepat, sebab itulah yang dibutuhkan Jokowi," kata Kunto.

Hasil survei teranyar KedaiKOPI mengungkap nama-nama cawapres dari kalangan santri. Teratas dalam daftar adalah TGB Zainul Majdi (34,1 persen), diikuti oleh Romahurmuziy (27persen), Muhaimin Iskandar (22,9 persen), Mohammad Mahfud MD (7 persen), Dien Syamsudin (6,1 persen), dan Said Aqil Siroj (2,9 persen). Tokoh-tokoh ini menurut Kunto, dipersepsi sebagai santri yang mampu menduduki jabatan wakil presiden terutama untuk Pak Jokowi.

"Untuk urusan ketegasan, asosiasi publik akan sangat lekat dengan mereka yang berlatar belakang TNI/POLRI," imbuh Kunto.

Dari hasil survei diperoleh nama-nama yang berlatar belakang TNI/POLRI yang dipandang pantas mendampingi calon presiden. Gatot Nurmantyo (43,2 persen) memuncaki daftar tersebut, disusul dengan Agum Gumelar (30,7 persen), Tito Karnavian (15,2 persen), Moeldoko (8,7 persen), dan Budi Gunawan (2,2 persen).

"Nama pak Agum Gumelar memang agak mengejutkan karena beliau sudah lama tidak muncul dalam pemberitaan nasional. Namun Pak Agum memiliki tabungan popularitas serta teruji dalam lanskap politik Indonesia," jelas. Kunto.

Publik menganggap calon wakil presiden merupakan pertimbangan penting dalam memilih presiden. "53,3 persen responden menyatakan faktor calon wakil presiden menentukan pilihan mereka," imbuh Kunto.

Untuk kriteria cawapres secara umum publik menghendaki wakil presiden yang berlatar belakang pegiat anti korupsi (90,2 persen), akademisi (86,1 persen), militer (83 persen), ulama atau santri (80,8 persen), pemimpin daerah (79,4 persen), aparat penegak hukum (79,1%), birokrat (76,7 persen), pengusaha, (72,6 persen), dan petinggi partai politik (61,4 persen).

Dari hasil survei terbaru ini, isu korupsi masih menjadi empat besar masalah utama di Indonesia setelah ekonomi, pengangguran, dan terorisme. Ditambah dengan persepsi publik terhadap pencalonan eks narapidana kasus korupsi yang tidak disetujui oleh 90,7 persen pemilih.

"Dua kondisi ini menjadikan cawapres yang berlatar belakang pegiat anti korupsi memiliki nilai strategis," tambahnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement