Selasa 10 Jul 2018 20:51 WIB

Demokrat akan Majukan TGB Sebagai Cawapres Jokowi?

Posisi politik TGB jadi berbalik merugi jika mendapat dukungan Demokrat.

Presiden Joko widodo bersama Gubernur NTB TGB Zainul Majdi.
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Presiden Joko widodo bersama Gubernur NTB TGB Zainul Majdi.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Abdullah Sammy*

Royal Veterinary College London melakukan penelitian dengan merekam ribuan aktivitas hewan di Bostwana, Afrika. Inti dari penelitian itu menunjukkan fakta bahwa hewan mangsa, seperti impala dan zebra, ternyata akan mampu menghindari kejaran dari predator, macam singa dan cheetah, dengan cara mengurangi kecepatan mereka dalam berlari. 

Ternyata dengan mengurangi akselerasi mereka saat berlari, peluang hidup seekor zebra dan impala jauh lebih besar! Kok bisa?

Penelitian menunjukkan bahwa kecepatan bukanlah segalanya. Bukan akselerasi yang menjadi kunci bagi hewan untuk menghindari kejaran predator, melainkan manuver.

Semakin banyak manuver yang dilakukan zebra dan impala, makin besar kemungkinan mereka untuk lolos dari kejaran singa dan cheetah yang konon memiliki kecepatan 38 persen lebih cepat dibanding mereka. Jadi, untuk menghindar dan tetap hidup, impala dan zebra harus mengurangi setengah dari kecepatan maksimal mereka. 

Dengan kecepatan sedang, zebra dan impala bisa bermanuver berkelok dengan tajam, berlari lurus, atau memutar untuk menghindar. Dengan mengurangi kecepatan pula, hewan mangsa punya banyak tenaga untuk mengimbangi ketangguhan durasi predator dalam berlari. 

Konsep biologis ini nyatanya sama dengan konsep yang dipakai di dunia politik. Dalam politik, kecepatan dalam mengambil sikap politik bukanlah segalanya. Sebaliknya, tren dalam politik, khususnya di Indonesia, malah cenderung mengulur langkah. Ini terkait penentuan siapa pasangan calon presiden dan wakil presiden yang akan maju dalam Pilpres 2019. 

Bulan Agustus 2018 yang menjadi batas pendaftaran pasangan capres dan cawapres nyatanya tak membuat kubu, baik koalisi maupun oposisi pemerintah, untuk mengambil akselerasi yang cepat dalam menentukan langkah politik. Sebaliknya, kedua kubu sama-sama saling menunggu hingga detik terakhir untuk mengambil langkah. 

Akselerasi langkah politik yang relatif lambat ini berbanding terbalik dengan manuver politik. Sebab, di sisi lain, kubu koalisi dan oposisi sama-sama gencar melakukan manuver politik. Kondisi ini layaknya teori antara hewan predator dan mangsa yang mana manuver adalah kunci.

Semakin banyak manuver politik, maka akan semakin banyak membuka kemungkinan lahirnya kesepakatan baru. Semakin banyak manuver, maka daya tawar akan semakin tinggi. 

Jadi, untuk menghidupkan peluang dalam kontestasi politik seperti Pilpres 2019, setiap kekuatan politik kini menahan akselerasi dan memperkaya manuvernya. Walhasil, tak heran bila kini banyak tokoh politik atau parpol yang hilir mudik dalam menerapkan manuver politik. Manuver yang paling menarik saat ini adalah terkait Tuan Guru Zainul Majdi, alias Tuan Guru Bajang (TGB). 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement