REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menggelar rapat koordinasi dengan tiga pilar tentang keamanan dan ketertiban Kota Surabaya di Graha Sawunggaling, Jumat (6/7). Pada kesempatan itu, Risma meminta kepada tiga pilar di Kota Surabaya untuk terus menggalakkan pencegahan terorisme dan radikalisme.
"Meskipun selama ini jajaran tiga pilar di Kota Surabaya ini tidak henti-hentinya berkeliling melakukan pencegahan dan sosialisasi aplikasi Sipandu untuk pencegahan terorisme dan radikalisme," kata Risma dalam sambutannya.
Risma menjelaskan, sinergitas tiga pilar ini sangat penting dan menjadi ujung tombak dalam pencegahan terorisme dan radikalisme. Terlebih, hari sebelumnya kembali terjadi peristiwa teror bom di Bangil, Pasuruan, Kamis (5/7). Peristiwa tersebut menurutnya harus diantisipasi mengingat terduga teroris di Pasuruan berhasil melarikan diri.
“Marilah kita sama-sama menjaga keamanan di Kota Surabaya ini. Karena ternyata kita masih dekat dengan hal-hal yang mungkin mengganggu kita. Sebab, kalau naik bus dari Bangil ke Surabaya, paling hanya 30 menit,” ujar Risma.
Risma berpendapat, salah satu pencegahan terorisme dan radikalisme itu bisa dilakukan dengan menggalakkan operasi yustisi di berbagai titik di Kota Surabaya. Bahkan, Risma berharap operasi yustisi itu tidak hanya menyasar perkampungan, namun juga perumahan-perumahan.
“Saya juga tidak mau operasi yustisi itu hanya dilakukan di kos-kosan, tapi juga harus dilakukan di pinggir rel kereta api dan pinggir-pinggir sungai,” kata wali kota perempuan pertama di Surabaya tersebut.
Selain itu, Risma juga meminta kepada lurah dan camat, serta Babinsa dan Bhabinkamtibmas untuk berkoordinasi dalam menggelar pertemuan bersama warga yang sekiranya perlu dihadiri pimpinan tiga pilar. Dia pun meminta adanya pemetaan kecamatan-kecamatan yang perlu didatangi terlebih dahulu, terutama kecamatan yang padat penduduknya.
"Tolong kalau bisa pertemuan itu malam hari karena belajar dari pengalaman, kalau acara pertemuan malam hari, biasanya penuh,” kata Risma.
Perempuan kelahiran Kediri tersebut menilai, sudah waktunya tiga pilar untuk maju atau menyerang, karena tidak mungkin terus siaga dan bertahan terhadap ancaman terorisme. Sebab, apabila terus bertahan, menurutnya akan tetap berada di bawah kendali para pelaku teror.
Oleh karena itu, ia meminta supaya seluruh jajarannya tidak lengah terhadap ancaman terorisme ini. Dia pun mengingatkan, orang-orang yang dicurigai harus terus diawasi untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Rudi Setiawan mengatakan, jika dianalogikan dalam hitungan perlawanan, kekuatan dan kewenangan jajaran tiga pilar di Surabaya lebih besar dibanding para pelaku teror. Apalagi, Surabaya merupaka Kota Pahlawan yang mewarisi jiwa-jiwa pejuang.
“Jadi, jiwa-jiwa pejuang harus terus dikobarkan di Surabaya ini. Keamanan di Surabaya adalah tanggung jawab kita bersama dan tiga pilar ini harus selalu menjadi pelopor dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Surabaya,” kata Rudi.