REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengamat Politik dari Universitas Paramadina Toto Sugiarto melihat, dukungan TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuanku Guru Bajang (TGB) terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memimpin Indonesia selama dua periode merupakan bentuk pilihan bebas dari warga negara. Mereka memiliki hak sikap politik ke mana saja, termasuk mendukung siapapun.
Di tengah hak tersebut, TGB tetap mempunyai konsekuensi bahwa keterikatannya dengan Partai Demokrat akan terpengaruh. Sebab, ia sudah menyatakan sikap terlebih dahulu dibandingkan partai yang menaunginya.
"Hak partai untuk memberikan konsekuensi atau punishment," ujar Toto ketika dihubungi Republika, Kamis (5/7).
Tetapi, Toto menilai, sikap TGB memang tidak dapat diabaikan begitu saja. Ia melihat, ada kepentingan politik di situ, termasuk akan ke mana TGB melangkah untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Dengan dukungannya, TGB disinyalir memberikan dukungan kepada Jokowi untuk maju dan menang.
Ada beberapa kemungkinan mengapa TGB berani untuk mendahului Demokrat. Di antaranya, pertimbangan politik bahwa Jokowi masih sangat kuat setidaknya sampai hari ini. Pertimbangan lain, TGB berpikir bahwa jika pemerintahan Jokowi berlanjut, kebaikan bangsa akan berlanjut juga.
Toto juga memprediksi, dukungan TGB tidak terlepas dari keinginannya untuk masuk dalam radar cawapres Jokowi. "Ini sebuah sikap yang memperlihatkan, pemerintahan Jokowi sudah baik. Makanya, TGB sampai mendahulukan sikap partai," tuturnya.
Untuk kemungkinan pemasangan Jokowi-TGB dalam waktu dekat, Toto masih melihatnya sebagai kemungkinan kecil. Dari sisi kekuatan politik, TGB sudah mendahului Partai Demokrat sehingga belum tentu mendapatkan mesin politik besar. Dari sisi lain, yakni elektabilitas, nama TGB memang sudah muncul dalam bursa Pilpres 2019 belum berada di papan atas.
Soal dukungannya ke Jokowi, TGB menerangkan, pernyataan tersebut dilandaskan berdasadkan sejumlah pertimbangan. "Semata karena pertimbangan maslahat bangsa, umat, dan akal sehat agar pembangunan yang tengah berjalan di seluruh penjuru bisa dituntaskan dengan maksimal sesuai hajat masyarakat," ujar TGB kepada Republika.co.id, Kamis (5/7).
TGB yang sudah dua periode menjabat sebagai Gubernur NTB sejak 2008 menilai, proses pembangunan membutuhkan waktu yang tidak singkat. "Pengalaman saya di NTB, tidak cukup satu periode untuk menuntaskan tugas-tugas besar membangun daerah, apalagi membangun Indonesia yang sangat luas dan kompleks ini," ungkap TGB.