REPUBLIKA.CO.ID, Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla (JK) menghadiri acara silaturahim dan halalbihalal Muhammadiyah di Kantor Pusat Pimpinan Muhammadiyah, Rabu (4/7). Wakil presiden hadir sekitar pukul 10.00 WIB bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Keduanya datang dalam satu mobil yakni mengenakan mobil dinas wakil presiden berpelat nomor RI 2.
JK dan Anies kemudian turun dari mobil. Mereka disambut oleh Ketua MPR Zulkifli Hasan beserta Ketua Umum Muhamadiyan Haedar Nashir. JK terlihat mengenakan baju batik berwarna abu-abu, dan Anies mengenakan baju batik berwarna hijau.
Bagi para pewarta, peristiwa itu bukan yang pertama JK dan Anies berada dalam satu mobil menuju ke sebuah acara yang sama. Anies dan JK juga hadir bersamaan ke acara halalbihalal PBNU di kantor PBNU, Selasa (3/7) malam. Sebelumnya, pada Jumat (28/6) lalu, Jusuf Kalla bahkan mengantar Anies ke Balai Kota Jakarta, usai bersama-sama hadir dalam rapat kordinasi persiapan Asian Games di kantor INASGOC.
Kedekatan atau kebersamaan JK dan Anies tentunya tak terhindarkan dari ragam tafsir politik. Salah satu penafsir adalah Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan yang menilai positif intensitas kedekatan JK dan Anies.
"Ya tentu karena tahun politik, apa pun gerak orang diterjemahkannya kan pasti politik. Jadi kalau Pak Anies dan Pak JK sering jalan, artinya mereka dekat. Tentu pada saatnya akan ada kesimpulan, tunggu saja nanti," kata Zulkifli, Rabu (4/7).
Frasa 'akan ada kesimpulan' bisa jadi adalah kesimpulan politik menuju Pilpres 2019. Dan Zulkifli mengakui, kedekatan JK dan Anies menjelang pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden, menimbulkan tafsir politik. "Ya sekarang tentu parpol-parpol intens melakukan pertemuan. Ini namanya tahun politik, gerakan orang dibaca," ucapnya.
Pada Kamis (5/7), Zulkifli mengundang Anies ke kantornya di gedung MPR/DPR, Jakarta. Pertemuan yang digelar tertutup itu, menurut Anies, juga membicarakan politik, meski ia membantah adanya pembicaraan soal Pilpres 2019.
"Enggak-enggak (tanya soal capres cawapres), beliau enggak sampai ke situ," kata Anies, usai pertemuan.
Ada beda tafsir antara Zulkifli dan partai-partai pendukung pejawat, Presiden Joko Widodo (Jokowi). Wakil dari PDIP, Nasdem, dan Golkar, kompak menilai kedekatan JK dan Anies belakangan tak perlu ditafsirkan macam-macam. Mereka pun yakin, kedekatan JK dan Anies tak akan mengancam pencalonan Jokowi sebagai capres pada Pilpres 2019.
Seperti diketahui, Jokowi menjadi satu-satunya bakal capres yang telah resmi diumumkan oleh PDIP untuk maju di Pilpres 2019. Kecuali Gerindra, PKS, Demokrat, sebagian besar parpol mendukung Jokowi meski hingga kini belum jelas siapa yang akan menjadi calon wakil presiden (cawapres).
Prabowo Subianto sebagai lawan Jokowi pada Pilpres 2014 memang telah menerima mandat dari Gerindra menjadi capres. Namun, hingga kini Gerindra belum resmi menetapkan Prabowo sebagai capres. Ketidakpastian ini, telah lama memicu lembaga-lembaga survei untuk menjaring capres alternatif, di mana Anies menjadi salah satu nama yang muncul.
Meski usianya telah mencapai 76 tahun, nama Jusuf Kalla terbilang masih menentukan dalam peta politik di Indonesia. Kader senior Golkar itu masih menjadi rebutan dan namanya bisa 'dijual' untuk kepentingan koalisi terkait Pilpres 2019.
Sejumlah survei menunjukkan, bahwa nama Jusuf Kalla masih dipercaya publik sebagai pendamping Jokowi pada Pilpres 2019. Hasil survei Populi Center pada Februari lalu menunjukkan elektabilitas JK menempati urutan pertama dengan mencapai 15,6 persen dalam daftar nama cawapres. Terakhir, survei Litbang Kompas juga menampilkan nama Jusuf Kalla sebagai tokoh yang paling banyak dipilih responden, dengan angka 15,6 persen, untuk kembali maju di Pilpres 2019 mendampingi Presiden Jokowi.
Survei yang dilakukan Media Survey Nasional (Median) yang dirilis di Jakarta, pada April lalu menunjukkan, bahwa JK mengalami kenaikan elektabilitas terbesar di antara tokoh-tokoh lainnya. Terbukti pada bulan Februari 2018, politikus Partai Golkar tersebut memiliki elektabilitas di angka 2,2 peren. Namun, pada April 2018 meningkat menjadi 4,3 persen.
PDIP pernah mengakui masih ingin menyandingkan JK dengan Jokowi untuk dua periode, meski terganjal oleh aturan masa jabatan dalam UU Pemilu. Belakangan, Demokrat pun ikut bermanuver dengan menyatakan potensi duet JK dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Pilpres 2019.
Jusuf Kalla sendiri pernah menyatakan, dirinya ingin istirahat setelah merampungkan masa jabatannya sebagai wapres. Ia pun bersikap realistis, lantaran dirinya tidak memiliki dukungan parpol dan sangat tingginya ambang batas (20 persen) pencapresan. "Saya ingin istirahat."
Baca: Jika JK Maju Jadi Capres, Pengamat: Suara Jokowi Bisa Gembos.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago pun mengakui, JK akan menjadi faktor penentu pada Pilpres 2019. Jika tidak menjadi capres, Pangi memprediksi JK akan menjadi king maker.
"Saya memprediksi Pak JK akan manjadi king maker, kalau melihat ruang geraknya belakangan," ucap Pangi di Jakarta, Selasa (3/7).
Dalam bahasa Pangi, JK saat ini sedang melakukan ‘cek ombak’ atau seleksi sebelum memastikan calon-calon yang mempunyai potensi sebagai kandidat capres atau cawapres. Pangi mengatakan, terdapat dugaan JK akan memilih Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Pilihan pada Anies jatuh lantaran pertimbangan sentimen atau kepercayaan publik kepada mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu masih tinggi. Apalagi, Anies memiliki keunggulan dalam retorika, cara melakukan narasi sehingga saat debat sulit dikalahkan serta pidato tanpa teks yang menggugah.
Wakil Gubernur Sandiaga Uno pernah mengklaim, pertemuannya dengan JK beberapa waktu lalu membahas Pilpres 2019. Salah satu pembahasannya terkait kemungkinan menduetkan Prabowo Subianto dengan Anies Baswedan.
"Dia (JK, Red) bilang, gimana Prabowo sama Anies, terus saya bilang kayaknya Anies masih fokus ya kerja di DKI (sebagai gubernur, Red), Pak. Kita nyaman kerja bersama," kata Sandi di Balai Kota, Senin (7/5).
Baca: JK Bantah Pertemuan dengan Sandiaga Uno Bahas Soal Pilpres.
Hingga kini, tidak diketahui apakah JK dan Anies membicarakan Pilpres 2019 saat mereka satu mobil bersama. Kepada wartawan, Anies hanya mengungkap isi pembicaraan yang menyinggung kesiapan Jakarta menyambut Asian Games 3018. Selebihnya, "Masa diceritain," kata dia, Senin (2/7).
Ketika didesak apakah ada pembicaraan terkait Pilpres 2019, Anies seolah memberi isyarat. Ia bercerita awal mula diajak JK satu mobil. Anies mengaku diajak mantan ketua umum Golkar tersebut balik kantor bersama. Namun, Anies menolak diantar ke Balai Kota dan lebih memilih ikut ke kantor Wapres lantas melanjutkan jalan kaki ke kantornya.
"Saya rasa ini adab, contoh yang baik yang jadi rujukan kita semua bahwa ketika ada yang menumpang saya diajak. Beliau antarkan sampai ke tempat saya bekerja, bukan saya turun di tengah jalan. Ini menurut saya satu etika yang baik dari seorang pemimpin," sambungnya.
Mengukur Cawapres Terkuat Jokowi dan Prabowo