Kamis 05 Jul 2018 09:12 WIB

JK Tinjau Penanganan Stunting di Lombok Barat

Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi stunting yang cukup tinggi

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Anak-anak yang mengalami stunting cenderung bertubuh kerdil
Foto: BBC
Anak-anak yang mengalami stunting cenderung bertubuh kerdil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla beserta Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim, pagi ini bertolak ke Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat, untuk melihat dari dekat berbagai program pencegahan stunting (kekerdilan anak) dan upaya konvergensi pada tingkat desa. Wakil presiden bertolak ke Lombok dengan menggunakan Pesawat Khusus Kepresidenan BBJ dari Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Kamis (5/7).

Adapun dalam kunjungan tersebut, wakil presiden didampingi oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadi Muljono, serta Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo.

Setibanya di Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Jusuf Kalla beserta rombongan disambut oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat Tuan Guru Bajang M. Zainul Majdi dan Anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Mereka kemudian menuju Desa Dakung, Kecamatan Praya Tengah, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk menghadiri Forum Pertemuan Desa Untuk Pencegahan Stunting.

Dalam forum tersebut, JK menerima laporan Ketua Kelompok Kerja Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Elan Satriawan, yang didampingi oleh Program Leader for Human Development – World Bank Indonesia, Camilla Raad Holmemo untuk progres penanganannya. Selanjutnya, Jusuf Kalla akan meninjau Pos Kesehatan desa dan berdialog dengan masyarakat.

Setelah itu, Jusuf Kalla juga melihat langsung Posyandu Terintegrasi TK, dan Kegiatan Penerima Manfaat Keluarga Harapan (PKH). Usai peninjauan, wakil presiden akan langsung kembali ke Jakarta.

Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk menangani masalah anak kerdil (stunting), yang ditunjukkan dengan berbagai upaya yang telah dilakukan selama ini. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sekitar 37 persen atau kurang lebih 9 juta anak balita di Indonesia mengalami masalah stunting.

“Ini membahayakan untuk jangka panjang. Disamping berakibat pada bangsa secara keseluruhan, berakibat untuk ibu-ibu,” ujar Jusuf Kalla saat menjadi pembicara pada Widyakarya  Nasional, Pangan dan Gizi (WNPG) XI, di Birawa  Assembly Hall, Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (3/7) lalu.

(Baca: Jokowi Tunjukan Program Stunting pada Presiden Bank Dunia)

Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi stunting yang cukup tinggi, dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah lainnya. Prevalensi stunting di Indonesia masuk dalam kelompok tinggi, bersama negara-negara Afrika dan Asia Selatan. Apabila persoalan ini tidak segera diatasi, maka akan berpengaruh terhadap kinerja pembangunan Indonesia baik yang menyangkut pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, dan ketimpangan.

“Karena itulah, maka akan merusak produktivitas, merusak ekonomi masa depan,” kata Jusuf Kalla.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement