REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gunung Agung, Bali kembali erupsi pada Senin (2/7). Erupsi terjadi pada pukul 06.19 wita dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 2.000 meter di atas puncak atau kurang lebih 5.142 meter di atas permukaan laut. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat.
"Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 18 mm dan durasi ± 3 menit 47 detik," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho saat dihubungi Republika.co.id, Senin.
Erupsi susulan terjadi dua kali pada pukul 06.41 wita dan 06.55 wita. Tinggi kolom abu masing-masing teramati setinggi kurang lebih 1.000 meter dan 700 meter di atas puncak.
Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat. "Kedua erupsi susulan ini terekam di seismogram masing-masing dengan amplitudo maksimum 18 mm dan 20 mm, durasi sekitar 2 menit 11 detik dan sekitar 2 menit 38 detik," katanya.
Baca juga, Operasional Bandara Bali Normal Meski Gunung Agung Erupsi
Ia menambahkan, saat ini Gunung Agung berada pada Status Level III atau siaga. Ia meminta masyarakat di sekitar Gunung Agung, pendaki, pengunjung atau wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya.
"Zona bahaya yaitu di seluruh area di dalam radius empat kilometer dari Kawah Puncak Gunung Agung," ujarnya.
Zona Perkiraan Bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling aktual/terbaru. Selain itu, kata dia, masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak.
"Area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung," katanya.