REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman akui laman resmi KPU kini menjadi sasaran peretas. Arief menjelaskan salah satu upaya yang dilakukan oleh pakar IT di KPU untuk mencegah serangan peretas tersebut adalah dengan memberlakukan sistem buka tutup, dengan cara mematikan sistem sementara, untuk kemudian dibersihkan lalu menyalakan sistemnya kembali.
"Yang jelas sistem kita diserang. Kalau diserang, macam-macam cara menangkalnya, bisa langsung ditangkal atau bisa juga kita tutup dulu, terus penyakitnya kita bersihkan dulu baru kita nyalakan lagi. Bisa on-off gitu," kata Arief saat ditemui di kawasan Cikini, Sabtu (30/6).
Dilakukannya buka-tutup sistem tersebut menurut Arief berimplikasi pada sulitnya situs KPU diakses. Terkait siapa yang yang melakukan peretasan tersebut, Arief mengaku KPU tengah mendeteksi dan berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mencari tahu apa yang terjadi.
Ia juga menegaskan, penerapan buka tutup sistem tersebut tidak akan berpengaruh terhadap perolehan suara yang sudah masuk. Hingga sore tadi laman infopemilu.kpu.go.id masih sulit diakses.
Sementara itu, analis komunikasi Politik Universitas Paramadina Hendri Susanto menilai agar tidak ada kecurigaan yang bermacam-macam karena sulitnya situs KPU diakses. Hendri menyarankan, agar KPU tetap membiarkan sistem menyala.
Jika nantinya situs KPU kembali diserang peretas, ia yakin para pemantau pemilu dan IT dari masing-masing partai politik akan mengetahui secara langsung dan bahwa benar adanya serangan tersebut.
"Kan polemiknya yang lagi kuat sekarang ini di Jawa Barat, kemudian (situs) mati enggak bisa diakses justru malah timbul pikiran yang macam-macam," ucapnya.