Sabtu 30 Jun 2018 04:41 WIB

Ini Opsi Evakuasi Korban Sinar Bangun dari Dasar Danau Toba

ROV milik BPPT tersangkut tali kapal di kedalaman sekitar 420 meter.

Masyarakat memadati dermaga Tigaras saat operasi SAR tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, Sumatera Utara, Jumat (29/6).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Masyarakat memadati dermaga Tigaras saat operasi SAR tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, Sumatera Utara, Jumat (29/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengusulkan beberapa opsi kepada Tim SAR gabungan untuk bisa mengevakuasi korban sekaligus KM Sinar Bangun dari dasar Danau Toba, Sumatera Utara.

Deputi bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA) BPPT Hammam Riza mengatakan sejumlah opsi memang coba diusulkan BPPT untuk bisa membantu mengevakuasi, namun saat ini masih didiskusikan lagi lebih lanjut dengan Badan SAR Nasional (Basarnas) dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

Beberapa opsi tersebut, di antaranya menggunakan remotely operated vehicle (ROV) untuk 'me-laso' korban yang ada di luar kapal. Langkah ini, menurut dia, diperkirakan membutuhkan waktu setengah hari untuk bisa mengangkat satu korban dengan satu ROV.

Guna memperlancar proses evakuasi maka diperlukan ROV kedua. Karenanya ia mengatakan saat ini tim SAR gabungan telah meminjam robot bawah air berkamera milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang bisa menjelajah hingga kedalaman 500 meter di bawah permukaan air.

"Saat ini ROV milik KKP ini siap untuk digerakan dari posisinya di Jakarta," katanya, Jumat.

Selain itu, ia mengatakan tim SAR gabungan sedang menyiapkan ROV lain yang memiliki lengan robot. "Kami perkirakan Senin (2/7), ROV tersebut dapat digerakkan langsung ke Medan, selanjutnya bisa dibawa ke TKP," katanya.

ROV dengan lengan robot ini rencananya akan digunakan untuk "membimbing" tali untuk bisa mengangkat kapal.

Saat ditanya kendala yang kemungkinan dihadapi untuk bisa melakukan evakuasi, Hammam mengatakan untuk saat ini evakuasi belum bisa dilakukan karena ROV milik BPPT tersangkut tali-tali kapal yang ada di kedalaman sekitar 420 hingga 450 meter.

"Harapannya ROV ini segera bisa diangkat dengan menggunakan dua ROV lainnya," ujar Hammam.

Visual Bangkai Kapal

Hammam membenarkan bahwa ROV milik BPPT yang juga digunakan untuk menemukan pesawat AirAsia QZ8501 di perairan Selat Karimata, dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, berhasil mengirimkan visual bangkai KM Sinar Bangun di kedalaman 421 M hingga 450 M Danau Toba pada Kamis (28/6).

Atas permintaan KNKT, menurut dia, ROV ini akan digunakan hingga proses evakuasi KM Sinar Bangun yang tenggelam pada 18 Juni 2018 selesai dilakukan.

Sejauh ini Basarnas mulai menurunkan beberapa alat canggih dalam pencarian bangkai KM Sinar Bangun. Beberapa di antaranya, yakni multi beam echo sounder yang digunakan untuk memetakan kondisi di dasar Danau Toba, ROV atau robot di bawah air ditujukan untuk memastikan indikasi bangkai kapal dengan cara menangkap visual objek yang ditemukan secara langsung.

ROV milik BPPT telah dioperasikan sejak Rabu (27/6), dipimpin langsung Kepala Basarnas Marsekal Madya Saugy dan didukung oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL, BMKG, PT PADI dan PT MGS.

"Semua perekayasa dan peneliti di Indonesia pasti akan setuju jika diminta untuk membantu dalam kebencanaan. Saya yakin mereka akan meminjamkan ilmu dan pemikirannya khususnya di bidang survei kelautan, dan dengan bantuan teknologi, pencarian bangkai kapal akan lebih cepat dan mudah," ujar Hammam

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement