REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Tim Pencarian dan Penyelamatan (SAR) kembali mengevakuasi warga pengungsi di sekitar Gunung Agung, Kabupaten Karangasem seiring peningkatan seismik gunung api tertinggi di Bali tersebut sejak Kamis (28/6). Kepala Kantor SAR Denpasar, Ketut Gede Ardana mengatakan seluruh personel dan peralatan utama sudah siaga sejak jauh hari sehingga evakuasi tak mengalami kendala.
"Sebelumnya kita sudah pernah mengalami kondisi ini, sehingga sudah diantisipasi," kata Ardana, Jumat (29/6).
Ardana mengatakan sebagian warga melakukan evakuasi mandiri sebab tak nyaman dengan suara gemuruh, asap mengepul, dan pancaran merah dari puncak gunung. Sebaran abu vulkanis menuju barat dan hujan abu tipis di sekitar Desa Puregai, tujuh kilometer dari puncak.
Baca juga: Bandara Ngurah Rai Ditutup, Ini Penyebabnya
Sejak Jumat (29/6) dini hari, Tim SAR mencatat 110 warga dievakuasi. Sebanyak 60 orang dari Banjar Dinas Sebun Sebudi yang kemudian dibawa ke Banjar Pesangkan, sementara 50 orang lainnya dibawa menuju Banjar Becingah, Desa Duda Barat.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan embusan menerus Gunung Agung mengeluarkan asap dan abu vulkanis sejak 28 Juni pukul 10.30 WITA hingga 29 Juni dini hari. Ini menyebabkan hujan abu di bagian barat dan barat daya, termasuk ruang udara koordinat Bandara Ngurah Rai.
Tim Pencarian dan Penyelamatan (SAR) kembali mengevakuasi warga pengungsi di sekitar Gunung Agung, Kabupaten Karangasem seiring peningkatan seismik gunung api tertinggi di Bali tersebut sejak Kamis (28/6). Foto: SAR Bali
Hasil pantauan visual tim di Rendang menunjukkan Gunung Agung masih mengeluarkan abu vulkanis dan kawah menyala api berwarna kemerahan. Intensitasnya stabil dengan tinggi level kolom abu mencapai 2.500 meter.
"Status masih siaga level tiga, belum ada kenaikan status dan belum dapat diperkirakan sampai berapa lama durasi efusifnya," kata Sutopo.