REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti politik senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Syamsuddin Haris menilai, faktor kader partai politik Islam terhadap suara partai politik Islam juga berpengaruh terhadap hasil Pilkada 2018. Menurutnya, kemenangan sejumlah pasangan calon di mana di dalamnya figur tokoh parpol juga menyumbangkan suara bagi pasangan calon.
"Jadi kita memang tidak bisa memandangnya secara hitam putih, tapi ya kalau format itu idealnya gabungan antara nasional dan Islam," ujar Syamsudin saat dihubungi wartawan, Rabu (27/6).
Karena itulah, kerja sama antara kader parpol Islam berperan penting dalam proses pengambilan suara dari parpol Islam. "Tapi saya kira pada umumnya pilkada itu berkoalisi ya, mau nggak mau memang saling memperngaruhi. Kader partai islam memang dibutuhkan untuk membangun koalisi dengan kader partai nasional," ujar Syamsudin.
Peneliti dari LIPI lainnya Siti Zuhro mengatakan, memang kader parpol Islam berpengaruh dengan hasil perolehan suara. Namun sayangnya, ia menilai parpol Islam belum solid.
"Mereka (parpol Islam) jalan sendiri-sendiri sehingga tak mampu memenangkan pilkada 2018 secara telak. Padahal kalau parpol-parpol bisa bersatu dampaknya akan jauh lebih signifikan," kata Siti Zuhro.
Pasangan calon pemenang versi hitung cepat sejumlah lembaga survei sudah dipublikasikan. PAN dan Partai Nasdem menjadi partai politik yang meraih kemenangan paling banyak. Sepuluh calon yang diusungnya memenangkan pertarungan, disusul Golkar dan Hanura (9 paslon, PKS-PKS-PPP (7 paslon), PKB (6 paslon), Partai Demokrat (5 paslon), PDIP (4 paslon), dan Partai Gerindra (3 paslon).