REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pengamat politik dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, Agus Riewanto menyatakan hasil Pilkada Provinsi Jawa Tengah (Jaetng) 2018 mampu memengaruhi kondisi pemilihan presiden (pilpres) 2019. "Khusus di Provinsi Jawa Tengah besar sekali komposisi pemilihnya, mencapai sekitar 27 juta pemilih," katanya, di Solo, Rabu (27/6).
Apalagi, katanya lagi, Jawa Tengah merupakan basis PDI Perjuangan. Sehingga, boleh jadi siapa pun pemenang Pilkada Jawa Tengah maka pengaruhnya terhadap konstelasi nasional sangat besar.
Partai yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri ini mengusung Ganjar Pranowo dan Taj Yasin pada Pilkada Jawa Tengah. Menurut dia, jika pasangan ini menang maka bisa menjadi peringatan bagi nasional terkait hasil pilpres mendatang.
"Kalau sampai kalah maka secara psikologis akan memengaruhi pemilih secara nasional. Mereka akan berpikir di kandangnya saja kalah. Kalau secara nasional memang yang menjadi basis PDI Perjuangan adalah Jawa Tengah dan Sumatra Utara," katanya lagi.
Pilkada Serentak 2018.
Sementara itu, mengenai perbedaan koalisi antara pusat dan daerah tidak akan memengaruhi sikap para pemilih. "Tidak ekuivalen jika membandingkan elite pusat dengan daerah. Bagaimanapun juga elite daerah lebih dekat dengan pemilih lokal, dan pemilih lokal ini berbeda secara nasional," katanya.
Menurut dia, kebanyakan para pemilih cenderung lebih memilih ketokohan dibandingkan jaringan politik. Ia mengatakan, para pemilih lokal cenderung berpikiran bahwa parpol tidak penting dan tidak menjadi sesuatu yang ideologis.
"Kuncinya adalah siapa pun pemenangnya adalah mereka yang mampu membaca kepentingan publik lokal. Di sisi lain isu nasional tidak bisa dibawa ke daerah," katanya pula.
Karena itu, ia mengatakan, untuk menjaring pemilih lokal maka elite daerah harus pandai memahami isu daerah tersebut.