Senin 25 Jun 2018 16:33 WIB

Kapolri Sebut Tenggelamnya Sinar Bangun Harus Jadi Momentum

Perbaikan harus dilakukan agar tragedi Sinar Bangun tidak terulang.

Personel Basarnas membawa sejumlah barang yang diduga milik penumpang KM Sinar Bangun di posko Pelabuhan Tigaras, Danau Toba, Simalungun, Sumatera Utara, Senin (25/6).
Foto: Antara/Irsan Mulyadi
Personel Basarnas membawa sejumlah barang yang diduga milik penumpang KM Sinar Bangun di posko Pelabuhan Tigaras, Danau Toba, Simalungun, Sumatera Utara, Senin (25/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan tragedi tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, Sumatera Utara, harus dijadikan sebagai momentum untuk memperbaiki pengawasan dan memperketat perizinan pelayaran kapal. Kasus tenggelamnya Sinar Bangun tidak boleh terulang lagi.

"Kami melakukan penyidikan, kami tidak ingin kasus ini terulang kembali. Kasus ini jadi momentum untuk memperbaiki agar tidak terjadi kasus yang sama ke depan," kata Jenderal Tito dalam Rapat Koordinasi Lintas Sektoral dan Kesiapan Pengamanan Pilkada Serentak 2018 di Ruang Rapat Utama Mabes Polri, Jakarta, Senin (25/6).

"Kami melihat kasus ini terjadi bukan hanya kesalahan pengemudi dan pemilik kapal. Kami kembangkan penyidikan ke sistem dan manajemennya. Sudah ada regulasi dari Kementerian Perhubungan. Itu perizinan dan pemeriksaan kelayakan dan pengawasan oleh Dishub daerah," katanya.

KM Sinar Bangun yang berkapasitas 17 gross ton (GT), menurut Tito, perizinan dan kelayakan pelayarannya semestinya diatur oleh Dinas Perhubungan Provinsi. Sementara pengawasan pelayarannya oleh Dishub kabupaten/kota.

Namun, KM Sinar Bangun diketahui tidak memiliki izin pelayaran."Manifes penumpang, surat izin berlayar tidak ada, life jacket juga tidak ada," katanya.

Sementara itu, Menkopolhukam Wiranto menyampaikan duka mendalam atas tragedi kapal KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba, Sumatera Utara, Senin, 18 Juni 2018. Menurut dia, kecelakaan tersebut disebabkan oleh buruknya mental manusia. Untuk itu pihaknya meminta penyidikan dilakukan secara menyeluruh dan dilakukan evaluasi terhadap para pimpinan dinas terkait izin transportasi perairan. "Ini kan soal mental manusianya. Perlu ada revolusi mental para pejabat," kata Wiranto.

Menurut dia, tidak adanya data manifes penumpang kapal menyebabkan sulitnya mengetahui jumlah pasti penumpang kapal. Selain itu, tenggelamnya kapal yang diduga disebabkan cuaca buruk, ada faktor lain yakni kelebihan muatan dan kondisi kapal yang tidak layak berlayar.

Ia berharap insiden serupa tidak terulang lagi pada masa depan. Pihaknya mengimbau pemerintah daerah memperketat pengawasan terhadap seluruh kapal baik dari segi perizinan maupun kelayakan berlayar.



sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement