Senin 25 Jun 2018 15:25 WIB

Wapres JK Optimistis Pilkada Serentak Berjalan Aman

Wapres JK menilai ada beberapa faktor yang membuat pilkada berjalan aman.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Bayu Hermawan
Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi Penjabat Gubernur Sulawesi Selatan Sumarsono usai meresmikan Gedung Fakultas Teknik Kampus Universitas Hasanuddin di Gowa, Sabtu (23/6).
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi Penjabat Gubernur Sulawesi Selatan Sumarsono usai meresmikan Gedung Fakultas Teknik Kampus Universitas Hasanuddin di Gowa, Sabtu (23/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla optimistis pemilihan kepala daerah (pilkada) setentak 2018 berjalan aman. Menurutnya, ada beberapa faktor yang akan membuat Pilkada serentak berjalan aman, salah satunya yakni tidak ada koalisi poros nasional.

"Tidak ada koalisi nasional, misalnya di provinsi ini Golkar dan PDIP, di provinsi lain Golkar dan Demokrat," ujar Jusuf Kalla saat memberikan kuliah umum kepada peserta PPRA LVII dan PPRA LVIII Tahun 2018 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhanas) di Istana Wakil Presiden, Senin (25/6).

Selain itu, adanya aturan yang ketat dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait pelaksanaan kampanye dapat menghindari benturan antar pendukung. Faktor lainnya, menurut Jusuf Kalla yakni peningkatan pengamanan yang baik antara kepolisian dan tentara nasional Indonesia (TNI).

Jusuf Kalla mengatakan, faktor lain yang cukup penting yakni pengetahuan masyarakat terkait partai politik dan pilkada sudah meningkat. Artinya, akses informasi tentang calon kepala daerah mudah diketahui oleh masyarakat. Hal lain yang cukup penting yakni partai-partai sudah tidak ideologis lagi. Jusuf Kalla menyebut, partai religius tidak menampakkan poros-poros yang punya identitas kuat.

"Kalau dulu ada partai islam, partai nasional sekarang partai nasional suka lebih religius, jadi perbedaan partai agama dan partai nasional sangat tipis," kata Jusuf Kalla.

Menurut Jusuf Kalla, jika ada ketegangan dalam pilkada biasanya terjadi setelah penghitungan suara. Adapun, apabila ada efek money politic, maupun serangan fajar itu terjadi akibat adanya one man one vote, dan politik identitas. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement