REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Penyedia jasa angkutan laut diminta waspada dengan potensi gelombang tinggi di Perairan Sumatra Barat. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maritim Teluk Bayur Kota Padang menerbitkan prediksi gelombang laut dengan ketinggian 3 meter berpotensi muncul di Samudra Hindia sebelah barat Kepulauan Mentawai hingga Samudra Hindia sebelah barat Bengkulu.
Prakirawan BMKG Maritim Teluk Bayur, Ferdy Gustian Utama menjelaskan, gelombang laut lebih 'jinak' dengan ketinggian 1-2,5 meter juga berpeluang terjadi daerah perairan barat Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara, dan Pagai Selatan di Sumbar serta Pulau Enggano di Bengkulu dalam beberapa hari ke depan.
"Gelombang maksimum dapat mencapai dua kali perkiraan itu," kata Ferdy, Sabtu (23/6).
BMKG mengimbau pengelola jasa transportasi laut untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca buruk, apalagi saat ini arus balik dari Kota Padang menuju pelabuhan-pelabuhan di Kepulauan Mentawai masih terjadi. Selain pengelola jasa transportasi laut, nelayan juga diminta berhati-hati dalam beraktifitas. Bila cuaca tak memungkinkan, nelayan diminta tidak melaut.
"Jangan memaksakan jika tidak memungkinkan karena hal tersebut dapat membahayakan keselamatan," katanya.
Sedangkan untuk cuaca di daratan, BMKG menyebutkan Sumbar sudah memasuki musim kering per Juni 2018. Berdasarkan pantauan, kondisi cuaca pada pagi hingga siang di bulan Juni didominasi cerah berawan hingga berawan.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Minangkabau, Yudha Nugraha, menambahkan bahwa suhu udara harian pada Juni 2018 berada dalam rentang minimum 19 derajat celsius dan maksimumnya mencapai 32 hingga 33 serajat celsius pada siang hari.
Yudha menyebutkan, masyarakat berisiko mengalami dehidrasi saat beraktivitas di siang hari bila tidak terasup air yang cukup. Suhu harian yang tinggi di siang hari terutama terjadi di Kota Padang, Padang Pariaman, Kota Pariaman, Pesisir Selatan, Sawahlunto, dan Kota Solok.
Wakil Gubernur Sumatra Barat Nasrul Abit menambahkan, seluruh pengelola jasa transportasi laut harus memastikan kelengkapan izinnya. Ia juga meminta aparat di pelabuha untuk mengawasi kapal agar tidak mengangkut penumpang melebihi kapasitas normalnya.
"Yang kemarin (insiden KM Sinar Bangun di Danau Toba) harusnya kapasitas 80 dimuat 200 (orang). Kalau Mentawai terjadi, tak ada pertolongan karena jaraknya 80 mil kan. Jangan lari dari aturan," kata Nasrul.