REPUBLIKA.CO.ID, CILEGON -- Abrasi air laut berpotensi mengancam puluhan meter jalan utama menuju destinasi wisata Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Tanjung Lesung merupakan pilihan favorit banyak wisatawan lokal saat libur Lebaran 2018.
Berdasarkan pantauan, Ahad (17/6), ruas jalan yang terancam abrasi itu hanya berjarak sekitar tiga hingga empat meter dari laut. Tidak ada bangunan pengaman pantai berupa dinding semen berbahan batu kali antara jalan dan laut.
Benteng pelindung bahu dan badan jalan dari ancaman abrasi itu hanya berupa konstruksi berbahan batu-batu kali yang menjorok ke laut. Namun, jaraknya hanya sekitar empat meter dari laut sehingga berpotensi mengancam ruas jalan itu di masa mendatang.
Posisi jalan utama yang terancam abrasi air laut perairan Selat Sunda itu berada di Desa Citeureup, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang. Tepatnya, setelah Jembatan Citeureup I atau sekitar sembilan kilometer dari jalan masuk area wisata Tanjung Lesung.
Ancaman abrasi air laut ini bukan tidak disadari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Hal ini terlihat dari keberadaan bangunan beton berbahan batu kali setinggi sekitar 1,5 meter di sisi kanan dan kiri bahu jalan utama menuju Tanjung Lesung.
Konstruksi bangunan pengaman yang melindungi jalan dari ancaman abrasi air laut itu membentang sepanjang beberapa ratus meter. Namun, belum seluruh ruas jalan yang posisinya relatif sangat dekat dengan laut dilengkapi bangunan seperti ini.
Untuk melindungi lingkungan pantai dan bahu jalan yang terancam abrasi air laut ini dari pihak-pihak yang tak bertanggungjawab, otoritas terkait di lingkungan Kementerian PUPR telah pun mengingatkan warga masyarakat melalui papan peringatan.
Papan peringatan Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR yang dipasang di salah satu sisi kanan bahu jalan menuju Tanjung Lesung yang berbatasan langsung dengan laut itu berbunyi: "Dilarang mendirikan bangunan, mengambil pasir, dan merusak bangunan pengaman pantai."
Hutan Bakau
Bagi wisatawan yang mengisi libur Lebaran mereka dengan melakukan perjalanan ke Tanjung Lesung, mereka masih dapat menemukan kehijauannya. Hutan bakau yang tumbuh subur di lahan rawa dan perairan payau di kiri dan kanan bahu jalan yang sebagian sudah dilengkapi bangunan beton pengaman abrasi ini.
Hutan bakau (mangrove) terbentang ratusan meter di sisi jalan raya sebelum jembatan kedua Desa Ciseket hingga Jembatan Citeureup I. Hutan bakau itu menambah pesona sepanjang perjalanan menuju Tanjung Lesung.
Menjelang tiba di jembatan sepanjang 24,9 meter yang menjadi tanggungjawab Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional VI Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat itu, Pemkab Pandeglang memasang papan peringatan agar warga ikut melestarikan bakau.
Papan peringatan yang dipasang instansi terkait di sisi kiri bahu jalan yang telah dilengkapi dinding beton untuk melindungi jalan dari ancaman abrasi itu bertuliskan: "Jagalah! Kelestarian 'mangrove' kita untuk generasi sekarang dan yang akan datang".
Menurut literatur, hutan bakau memiliki banyak manfaat. Selain melindungi daratan dari ancaman abrasi air laut dan tsunami, hutan bakau juga menjaga mutu air, menjadi habitat berbagai makhluk hidup, dan membantu upaya pengembangan tempat wisata.
Pada Ahad, kemacetan panjang menghadang para wisatawan Nusantara yang memadati puluhan destinasi pantai di sepanjang jalur wisata Tanjung Lesung-Carita-Karang Bolong-Anyer, Provinsi Banten. Kepadatan pengunjung yang umumnya datang dengan mobil pribadi, bus pariwisata dan bus umum antarkota-antarprovinsi, serta sepada motor itu menyebabkan kemacetan hingga belasan kilometer di jalan nasional sepanjang 105 kilometer tersebut.
Akibatnya, waktu tempuh antara Cilegon-Tanjung Lesung mencapai delapan jam. Dalam kondisi lalu lintas normal, jarak tempuh Cilegon-Tanjung Lesung adalah sekitar 2,5 jam.