Sabtu 16 Jun 2018 07:12 WIB

Lebaran dan Tahun Politik, Moeldoko: Momentum Menyatukan

jangan saling menjatuhkan tapi saling jaga, itu poin penting setelah lebaran

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko.
Foto: Republika/Debbie Sutrisno
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan, ramadan dan Hari Raya Idul Fitri tahun ini merupakan momentum yang sangat baik bagi bangsa Indonesia untuk menjaga persatuan. Apalagi, setelah Idul Fitri masyarakat akan dilaksanakan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak yakni pada 27 Juni 2018 di 171 daerah.

"Momentum lebaran ini bagus untuk saling menyatukan, saya selalu berbicara jangan saling menjatuhkan tapi saling jaga, itu poin penting setelah lebaran," ujar Moeldoko usai menghadiri acara open house di Kediaman Dinas Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla, Jumat (15/6).

Moeldoko mengatakan, ke depan tantangan yang akan dihadapi oleh Indonesia akan cukup berat. Oleh karena itu, dia mengimbau agar masyarakat Indonesia dapat bersatu untuk menghadapi tantangan tersebut.

"Kita jadi bangsa yang bersatu, karena tantangan kita cukup berat tapi kalau semua bersatu akan mudah," kata Moeldoko.

Pada tahun politik yang panjang ini, Moeldoko mengatakan meski ada perbedaan pandangan politik, diharapkan persatuan bangsa harus tetap terpelihara. Hal tersebut untuk mencapai tujuan nasional menuju masyarakat yang adil dan sejahtera.

Hal yang sama juga diungkapkan Komandan Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). AHY berharap, Hari Raya Idul Fitri menjadi momentum bagi masyarakat untuk menjaga perkataan jelang tahun politik.

"Kita tahu tahun ini adalah tahun politik. Apalagi tahun depan akan lebih panas lagi tetapi mudah-mudahan kita semua bisa saling menjaga diri menahan diri dalam arti mencegah terjadinya konflik di antara kita," kata Agus, Jumat (15/6).

AHY menilai, di tahun politik ini sebuah kalimat yang disampaikan oleh berbagai kalangan dapat menyebabkan adanya polemik. Karena itu, ia mengimbau agar masyarakat menghindari hal itu. Kendati demikian, ia menilai adu gagasan dan adu isu dalam politik merupakan hal yang biasa di tahun politik ini.

"Begitupun sebaliknya para calon pemimpin juga harus bicara tentang kesulitan dan permasalahan rakyat masyarakat hari ini," ujarnya.

Selain itu, Agus juga menyarankan agar kritik yang diberikan kepada pemerintah dapat disampaikan dengan cara yang baik.

"Mudah-mudahan tidak hanya berhenti di bulan Ramadan kita semua tentu punya niat agar terus menjadi manusia yang lebih baik termasuk dalam menjaga lisan menjaga perkataan kita," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement