Selasa 12 Jun 2018 16:29 WIB

85 Persen Pasukan Oranye tak Mudik Lebaran

Sebagian besar petugas kebersihan tetap bertugas pada saat lebaran.

Rep: Sri Handayani/ Red: Andi Nur Aminah
 Pasukan orange membersihkan sampah (ilustrasi)
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Pasukan orange membersihkan sampah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meskipun sampah pada pra dan pascalebaran atau H-6 hingga H+6 diprediksi menurun dari jumlah saat Ramadhan, para petugas Penyedia Jasa lainnya Perorangan (PJLP) Dinas Lingkungan Hidup atau biasa disebut Pasukan Oranye akan tetap bersiaga. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Isnawa Adji mengatakan hanya 15 persen persen petugas yang diperbolehkan mudik saat Lebaran.

"Sebagian besar petugas kebersihan pada saat Lebaran tetap bertugas. Hanya sekitar 15 persen petugas yang diizinkan mudik Lebaran, sisanya tetap disiagakan," kata Isnawa dalam keterangan tertulis, Selasa (12/6).

Kebijaksanaan memperbolehkan sebagian kecil personel kebersihan mengambil cuti, dikarenakan saat Lebaran, sampah sedikit menurun. Sampah diprediksi hanya menumpuk di tempat-tempat tertentu saja, seperti di lokasi digelarnya shalat Ied dan tempat-tempat wisata.

Pada prinsipnya pasukan oranye yang diperkenankan mudik adalah yang sudah didata sebelumnya. Prinsipnya, tidak boleh ada kekosongan lokasi tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Namun, khusus wilayah Jakarta Pusat pada hari H semua petugas disiagakan karena merupakan kawasan ring 1.

Dinas Lingkungan Hidup juga membuat jadwal piket para pejabat selama libur lebaran untuk memastikan penanganan kebersihan di darat, badan air, dan tempat pengolahan sampah berjalan optimal. Pendukung operasional seperti unit storing kendaraan dan bengkel juga tetap bertugas. Pusat Komando Dinas Lingkungan Hidup juga diatur selalu ada petugas piket, sehingga pengendalian penanganan sampah ibu kota tetap berjalan dan terpantau.

Isnawa menjelaskan, rata-rata per hari, tonase sampah sebelum bulan Ramadan (Januari Mei 2018) yang masuk ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang adalah 7.710 ton per hari. Rata-rata per hari tonase sampah selama bulan Ramadhan (1-26 Ramadan) yang masuk ke TPST Bantargebang adalah 7.999 ton per hari.

"Terjadi peningkatan tonase sampah dibandingkan dengan sebelum Ramadan sebanyak 7,999 ton per hari 7,710 ton per hari = 289 ton per hari. Terjadi peningkatan sebesar empat persen selama bulan Ramadan," katanya.

Peningkatan ini disebabkan perubahan pola konsumsi masyarakat dengan meningkatnya konsumsi pada saat berbuka puasa dan sahur. Adapun jenis sampah yang meningkat kebanyakan berupa sampah rumah tangga, seperti sayur-mayur, buah-buahan, plastik serta pembungkus makanan lainnya.

Meski terjadi peningkatan timbulan sampah saat Ramadan, Isnawa mengatakan, keadaan demikian akan berbalik turun saat pra dan pasca Lebaran (H-6 sampai H+6). Ini terjadi karena dimulainya cuti bersama dan libur lebaran. Pada saat itu banyak warga Jakarta yang melakukan mudik.

Diperkirakan puncak tonase penanganan sampah akan terjadi pada H+7, H+8, H+9 dan H+10, setelah itu kembali ke rata-rata timbulan normal. Peningkatan tonase disebabkan sebagian besar warga Jakarta telah kembali dari kampung halamannya karena sudah berakhir masa cuti bersama.

Selain itu, tukang gerobak yang sempat mudik telah kembali bertugas, sehingga akumulasi tumpukan-tumpukan sampah yang sempat tertinggal di tempat sampah di rumah tangga mulai dikirim ke Tempat Penampungan Sementara (TPS). Sistem Dinas Lingkungan Hidup mengangkut sampah dari TPS ke TPST Bantargebang.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement