Senin 11 Jun 2018 19:22 WIB

Yusril tak akan Ikuti Manuver Politik Amien Rais

Sejak awal Yusril tidak berminat dengan inisiatif Amien Rais melakukan lobi politik.

Rep: Mabruroh, Antara/ Red: Ratna Puspita
Ketua  Umum Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra memberikan  keterangan kepada media saat acara Pengundian Nomor Urut Peserta Pemilu 2019 di Kantor KPU, Jakarta, Ahad (18/2).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Ketua Umum Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra memberikan keterangan kepada media saat acara Pengundian Nomor Urut Peserta Pemilu 2019 di Kantor KPU, Jakarta, Ahad (18/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum DPP Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra menyatakan tak akan mengikuti manuver politik yang dilakukan Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais. Yusril membuat keputusan tersebut berdasarkan pengalaman. 

"Tahun 2018 ini pun saya tidak ingin ikut-ikutan dengan manuver Pak Amien Rais, bukan karena saya apriori, tetapi saya belajar dari pengalaman," kata Yusril melalui pernyataan tertulis kepada Republika, Senin (11/6).

Yusril mengatakan, pengalaman merupakan guru yang paling bijak. “Tahun 1999 dalam pertemuan di rumah Dr Fuad Bawazier, Pak Amien meyakinkan kami semua untuk mencalonkan Gus Dur. Saya dan MS Kaban menolak. Kami tidak ingin mempermainkan orang untuk suatu agenda tersembunyi," kata dia. 

Yusril mengatakan, sejak awal dia tidak berminat ataupun tertarik dengan inisiatif Amien Rais karena berpedoman kepada pepatah Jawa sabdo pandito ratu itu. Inisiatif Amien itu adalah melakukan lobi sana-sini untuk memilih siapa yang akan maju dalam pilpres 2019 menghadapi pejawat.

Pernyataan tertulis tersebut juga serupa dengan pernyataan yang diunggah oleh Yusril melalui Twitter-nya, @Yusrilihza_Mhd, Senin (11/6). Ada sembilan status yang diunggah oleh Yusril di Twitter-nya dalam menanggapi manuver Amien Rais tersebut. Dalam cicitan pertamanya, Yusril menyatakan, dalam pepatah Jawa ucapan pemimpin itu adalah sabdo pandito ratu.

Artinya, ucapan seseorang yang kedudukannya sangat tinggi, bagai seorang pandito (guru maha bijaksana) dan seorang ratu (raja),” kata dia. 

Karena itu, ia melanjutkan, ucapan pemimpin itu seharusnya serius dan terpercaya. "Ucapan yang sudah dipikirkan dengan matang segala akibat dan implikasinya. Ucapan pemimpin itu akan menjadi pegangan bagi rakyat dan pendukungnya," katanya.

Ketiga, Yusril menyatakan, ucapan pemimpin itu harus lahir dari hati yang tulus. Ia mengatakan, ucapan pemimpin bukan kata bersayap, yang seolah diucapkan dengan kejujuran, tetapi mempunyai agenda pribadi di belakangnya. 

"Karena ucapan pemimpin adalah sabdo pandito ratu maka ucapannya tidak boleh mencla mencle, pagi ngomong dele, sore ngomong tempe. Artinya, ucapannya berubah-ubah, inkonsisten, sehingga membingungkan rakyat dan pendukung," ujar dia.

Menurut Yusril, karena ucapan pemimpin adalah sabdo pandito ratu, pemimpin itu tidak boleh plintat-plintut alias munafiqun. Artinya, lain yang diucapkan, lain pula yang dikerjakan.

"Pemimpin seperti ini akan kehilangan kredibilitas di mata rakyat dan pendukungnya," kata dia. 

Yusril mengatakan, pengalaman tetaplah menjadi guru yang bijak bagi dirinya. Dia pun berharap hal tersebut juga berlaku bagi orang lain. "Saya kini ketum partai. Saya ibarat nakhoda, yang harus membawa penumpang ke arah yang benar, dengan cara-cara yang benar pula," kata dia.

Ikuti isu-isu menarik dan terkini seputar Piala Dunia 2018 hanya di SINI. Suarez Diingatkan Agar tak Gigit Lawan di Piala Dunia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement