REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Aktivitas Gunung Merapi memang terbilang fluktuatif. Namun, baik aktif maupun pasif aktivitas itu, semua berharap Gunung Merapi tetap memberikan pesan-pesannya agar masyarakat dapat melakukan langkah-langkah antisipasi.
Sejak erupsi freatik 11 Mei 2018 lalu, aktivitas Gunung Merapi memang terus mendapat pengawasan baik oleh instansi-instansi kebencanaan maupun masyarakat luas. Sayangnya, aktivitas Gunung Merapi memang benar-benar tidak bisa diprediksi.
Erupsi 11 Mei 2018 misalnya. Saat itu, erupsi yang mengakibatkan hujan abu hampir di semua daerah-daerah satelit dari Gunung Merapi, sempat meningkatkan kewaspadaan baik instansi-instansi kebencanaan maupun masyarakat.
Bahkan, di Kabupaten Sleman saja, setidaknya ada 9 titik-titik kumpul yang dijadikan tempat mengungsi masyarakat. Setelah itu, Gunung Merapi sempat tidur beberapa hari dari aktivitas.
Lalu, pada 21 Mei 2018 Gunung Merapi kembali erupsi. Kali ini, letusan freatik terjadi beberapa kali. Pada 22 Mei 2018, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menaikkan status dari normal ke waspada.
Setelah itu, erupsi terjadi tidak teratur. Kadang, Gunung Merapi minim aktivitas selama beberapa hari, tapi bisa tiba-tiba terjadi erupsi. Hal ini membuat BPPTKG sampai saat ini belum yakin menurunkan status waspada.
Terlebih, pada 6 Juni 2018, terjadi hembusan kecil yang terlihat dari puncak Gunung Merapi. Kepala BPPTKG, Hanik Humaida mengatakan, manifestasi pelepasan gas yang ada di permukaan menunjukkan aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih tinggi.
"Sehingga, tingkat aktivitasmasih ditetapkan pada tingkat waspada atau level II," kata Hanik di BPPTKG, Rabu (6/6).
Gunung Merapi.
Kondisi itu memang kerap membuat masyarakat tidak karuan. Walau belum ada imbauan mengungsi, mereka yang khawatir kerap bolak-balik mengungsi dan kembali ke rumah lantaran aktivitasnya yang tidak menentu.
Namun, justru kondisi itu yang membutuhkan pemahaman dan kesabaran masyarakat. Sebab, sekalipun tidak menentu, tanda-tanda yang diberikan Gunung Merapi baik berupa erupsi, hembusan maupun guguran, justru yang sangat dibutuhkan pada saat-saat seperti ini.
Pasalnya, BPPTKG menilai, erupsi-erupsi yang terjadi belakangan memang kerap terjadi begitu saja, tanpa ada peningkatan seismik yang tercatat. Karenanya, tanda-tanda itu malah sangat dibutuhkan sebagai pegangan utama langkah-langkah antisipasi.
Manager Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Danang Samsurizal mengingatkan, kegiatan pendakian umum sampai saat ini tidak direkomendasikan. Radius tiga kilometer dari puncak juga masih diminta dikosongkan dari aktivitas penduduk.
"Masyarakat yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III mohon meningkatkan kewaspadaan terhadap aktivitas Gunung Merapi," ujar Danang.
Belakangan, kita memang cukup diuntungkan dengan musim panas yang datang. Pasalnya, pantauan aktivitas Gunung Merapi masih dengan mudah dilakukan baik instansi-instansi kebencanaan maupun masyarakat luas.
Cuaca di sekitaran Gunung Merapi beberapa hari terakhir terbilang cerah dan berawan. Kepala Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), I Nyoman Sukanta memprakirakan cuaca itu masih bertahan sampai malam.
Asap putih atau sulfatara terlihat dari puncak Gunung Merapi di Tlogolele, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (2/6).
"Pagi cerah berawan, siang cerah berawan, malam berawan, dini hari cerah berawan," kata Nyoman.
Suhu cuaca berkisar di 22-33 derajat celcius, kelembaban udara 53-94 persen dengan angin umumnya berhembus dari arah timur dengan kecepatan 5-22 kilometer per jam. Belum ada peringatan dini terkait cuaca.
Arah berhembus angin sendiri sanga menentukan langkah-langkah antisipasi masyarakat. Sebab, jika terjadi erupsi, arah angin benar-benar menentukan daerah mana yang akan terdampak hujan abu.
Di luar itu semua, masih landainya aktivitas Gunung Merapi tentu harus disyukuri. Artinya, jangan sampai minimnya aktivitas Gunung Merapi malah membuat pola pikir masyarakat menjadi remeh.
Tentu, semua berharap Gunung Merapi terus memberikan tanda-tanda. Setidaknya, kita masyarakat awam bisa memberikan Gunung Merapi yang tidak pernah ingkar janji itu kepercayaan agar terus memberikan pesan-pesannya.