REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rosa Vivien Ratnawati mengatakan pengelolaan sampah rumah tangga dimulai di tangan para ibu. Ia menambahkan ibu adalah agen untuk mengurangi sampah plastik.
“Ibu-ibu bisa mengkompos sampah-sampah organik, dan mulai menggunakan keranjang dan menolak kantong kresek saat berbelanja," kata Vivien saat "Deklarasi Penggunaan Kantong Belanja Guna Ulang" di KLHK, Jakarta, Selasa (5/6).
Dia mengatakan timbunan sampah plastik di Indonesia sangat besar, yaitu 24.500 ton per hari atau sama dengan 9,8 miliar lembar kantong plastik per tahun. “Itu jumlahnya semakin meningkat setiap tahun," kata Vivien.
Untuk itu, KLHK mengajak dua organisasi masyarakat, yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, untuk mengkampanyekan pengendalian sampah plastik. Pada kesempatan itu, kedua organisasi tersebut mendeklarasikan komitmennya untuk menggunakan kantong belanja guna ulang untuk menggantikan kantong kresek.
Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim NU Fitria mengatakan NU telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi sampah plastik. Salah satunya membuat ecobrick.
"Kami juga mengadakan pengajian secara streaming tentang sampah, agar masyarakat dapat memulai mengelola sampah," kata dia.
Lembaga Lingkungan Hidup Aisyiyah, sebagai organisasi perempuan ortonom Muhammadiyah juga melakukan hal yang sama, melakukan pengajian tentang dampak sampah. "Kami melakukan sosialisasi tentang sampah plastik dari taman kanak-kana higga pengajian ibu-ibu," kata Ketua Lingkungan Hidup Aisyiyah Nurni Akma.
Mereka pun membuat program Sedekah Sampah. Setiap keluarga dapat mengumpulkan sampah lalu ditempatkan di bank sampah.
Kemudian, sampah plastik tersebut dijadikan bernilai ekonomi. Lalu, hasilnya untuk menghidupi organisasi.