Senin 04 Jun 2018 20:30 WIB

DPR Dorong Kemeristekdikti Bermitra dengan BNPT

Ketua DPR meminta Kemeristekdikti bermitra dengan BNPT untuk mencegah radikalisme.

Ketua DPR RI - Bambang Soesatyo
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Ketua DPR RI - Bambang Soesatyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPR Bambang Soesatyo mendorong Kemenristekdikti dan Kemendikbud bermitra dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), untuk mencegah lingkungan kampus terpapar paham radikalisme. Bambang mengungkapkan, berdasarkan penelitian BNPT, radikalisme telah masuk ke sejumlah perguruan tinggi di DKI Jakarta hingga Jawa Timur.

"Pimpinan DPR RI mendorong Kemenristekdikti dan Kemendikbud bekerja sama dengan BNPT untuk mengadakan kegiatan-kegiatan bertema nasionalisme di sekolah maupun universitas, guna meningkatkan cinta tanah air dan sikap bela negara pada generasi muda," ujar pria yang akrab disapa Bamsoet itu, menanggapi diamankannya tiga terduga teroris di Pekanbaru, Riau, Senin (4/6).

Politikus Partai Golkar ini menambahkan, Pemerintah seyogyanya dapat mencari solusi bagi lingkungan pendidikan agar aman dari kasus radikalisme maupun terorisme. Bamsoet mengimbau para rektor mengarahkan para mahasiswa dan mahasiswi di perguruan tinggi yang mereka pimpin untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kemahasiswaan yang dapat membangun sikap cinta tanah air dan bela negara, seperti kegiatan bertema nasionalisme di sekolah dan kampus.

Di sisi lain, mantan ketua Komisi III DPR RI ini juga meminta Badan Intelijen Negara (BIN) melakukan penyelidikan di kampus-kampus yang diduga terpapar paham radikalisme, agar jaringan terorisme dapat segera ditemukan dan diberantas.

Terkait penindakan, Bamsoet mendorong, Polri terus meningkatkan pengawasan dan penindakan terhadap para terduga teroris termasuk di lingkungan kampus, guna mencegah berulangnya kasus terorisme, terutama di lingkungan pendidikan.

Baca juga: Polri: Tiga Tersangka Teroris di Unri Berperan Rakit Bom

Sebelumnya, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Bareskrim Mabes Polri menetapkan tiga orang yang ditangkap ketika penggeledahan di Universitas Riau pada Sabtu (2/6) sebagai tersangka. Ketiga tersangka tersebut bekerja dalam lingkup perakitan bom.

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto menyatakan, tersangka memiliki kemampuan membuat bom Triaceton Triperoxide (TATP) atau yang lebih dikenal dengan nama Mother of Satan. "(Mereka) men-share cara pembuatan bom di link group Telegram," kata Setyo dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (3/6) malam.

Tersangka pertama yang diamankan, yakni MNZ (33 tahun). Ia merupakan eks mahasiswa Unri yang bekerja sebagai swasta.  Ia ditangkap di dalam Kampus Unri. Sesuai identitasnya di Kartu Tanda Penduduk, ia merupakan warga Lubuk Sakat, RT 8 RW 4, Lubut Sakat, Perhentian Raha, Kampar Riau.

Berikutnya, RB alias D (34) berpekerjaan swasta uang juga eks mahasiswa Unri. Ia ditangkap di Desa Kampar, Kumbang, Kampar Riau.  Lalu, OS alias K (32) berpekerjaan swasta yang juga mantan mahasiswa Unri. Ia ditangkap di Kampus Unri.

 Rektor Universitas Riau Aras Mulyadi mengapresiasi keberhasilan Polri mengungkap jaringan terorisme di kampus perguruan tinggi negeri terbesar di Bumi Lancang Kuning tersebut. Dari penggerebekan itu, polisi mengamankan tiga terduga teroris.

"Saya atas nama pimpinan seluruh civitas academica menyampaikan terima kasih kepada Densus 88 dan juga Polda Riau yang telah mengungkap kejadian ini," kata Aras di Pekanbaru, Ahad (3/6).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement