Senin 04 Jun 2018 18:23 WIB

Luhut: Persiapan Pertemuan IMF Sudah 77 Persen

Pertemuan diharapkan bisa memberi hasil strategis untuk perekonomian dunia.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Teguh Firmansyah
Luhut Binsar Panjaitan
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Luhut Binsar Panjaitan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, persiapan penyelenggaraan Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dan Kelompok Bank Dunia 2018 di Bali telah mencapai 77 persen. Luhut mengaku, seluruh persiapan berjalan sesuai rencana dan Bali siap menjadi tuan rumah pertemuan itu mulai 8 hingga 14 Oktober 2018.

"Perkembangan persiapan pertemuan tahunan sampai akhir Mei 2018 telah mencapai 77 persen. Pada akhir Juli 2018, progres persiapan bisa mencapai 85 persen dan sisanya diharapkan selesai September," kata Luhut usai memimpin rapat koordinasi di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta pada Senin (4/6).

Baca juga, Luhut: Pertemuan IMF, Indonesia Semakin Dikenal.

Ketua Panitia Nasional Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia itu mengaku pembahasan di tingkat teknis akan kembali dilakukan Juli hingga Agustus 2018. Menurut Luhut, pertemuan tahunan tersebut diharapkan dapat memberikan hasil yang strategis pada perkembangan perekonomian dunia. Hal ini lantaran saat ini keadaan ekonomi global diliputi ketidakpastian seperti soal perang dagang AS-Cina dan geopolitik.

"Kita akan fokus pada output yang lebih wah. Output pertemuan tahunan di Bali kita harap bisa menjadi kenangan tersendiri untuk perbaikan ekonomi dunia dan juga Indonesia," kata Luhut.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2018 akan dihadapkan pada kondisi perubahan perekonomian global. Hal itu terkait dengan kebijakan perdagangan antarnegara termasuk negara-negara G-7, normalisasi kebijakan di AS, dan perkembangan politik di sejumlah tempat.

"Ini semua akan mempengaruhi outlook perekonomian global sehingga pertemuan tahunan ini menjadi pertemuan yang sangat penting untuk membahas kondisi terkini dan tantangan agar 188 negara bisa bersama menjaga perekonomian global bisa tetap kondusif bagi progres kemajuan di masing-masing negara," kata Sri. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement