REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gunung Merapi kembali mengalami erupsi pada Jumat (1/6) malam. Ini merupakan yang kedua kalinya terjadi sepanjang 1 Juni 2018. Kondisi itu membuat masyarakat yang tadinya sudah kembali ke rumah masing-masing harus mengungsi kembali karena khawatir.
Manager Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Danang Samsurizal melaporkan, masyarakat wilayah timur DIY sebagian mulai bergerak ke balai-balai desa. Masyarakat di wilayah barat DIY ada yang sempat ke luar dan ada yang mengungsi. "Beberapa mengungsi ke SD Sanjaya Tritis, namun situasi masih terpantau aman terkendali," kata Danang, Jumat (1/6) malam.
Pengendara sepeda motor memakai masker saat melintas di jalan raya yang tertutup abu vulkanis Gunung Merapi di Wonolelo, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (1/6).
Terkait erupsi ini, masyarakat diimbau tidak panik dan tetap ikuti arah petugas. Selain itu, aktivitas di luar ruangan sebaiknya tetap menggunakan masker untuk melindungi pernafasan dan bagi pengguna softlens diminta tidak menggunakannya dulu.
Danang menekankan, masyarakat agar tetap mengikuti sumber-sumber informasi terpercaya seperti Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan BPBD.
Kepala BPPTKG, Hanik Humaida menerangkan, erupsi terjadi pukul 20.24 WIB dengan amplitudo maksimumnya 64 mm. Kolom letusan 2.500 meter mengarah ke timur laut, teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Jrakah selama 1,5 menit. "Masyarakat diharapkan menyiapkan diri terhadap terjadinya hujan abu," ujar Hanik.
Atap rumah permukiman warga tertutup abu vulkanis Gunung Merapi di Wonolelo, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (1/6).
Dari Pos PGM Babadan, letusan memiliki amplitudo makimum 29 mm selama 56 detik, dengan kolom letusan tegak 1.000 meter. Sedangkan, sebaran abu vulkanik teramati pada 21.00 WIB sudah mengarah dominan ke barat laut.