REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gunung Merapi kembali mengalami erupsi pada Jumat (1/6) malam. Ini merupakan yang kedua kalinya terjadi sepanjang hari ini dan membuat masyarakat yang tadinya sudah kembali ke rumah masing-masing harus mengungsi karena khawatir.
Manager Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Danang Samsurizal melaporkan, masyarakat wilayah timur DIY sebagian mulai bergerak ke balai-balai desa. Masyarakat di wilayah barat DIY ada yang sempat ke luar dan ada yang mengungsi.
"Beberapa mengungsi ke SD Sanjaya Tritis, namun situasi masih terpantau aman terkendali," kata Danang, Jumat (1/6) malam.
Terkait erupsi ini, masyarakat diimbau tidak panik dan tetap ikuti arah petugas. Selain itu, aktivitas di luar ruangan sebaiknya tetap menggunakan masker untuk melindungi pernafasan dan bagi pengguna lensa kontak mata diminta tidak menggunakannya dulu.
Danang menekankan, masyarakat agar tetap mengikuti sumber-sumber informasi terpercaya seperti Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan BPBD. Kepala BPPTKG, Hanik Humaida menerangkan, erupsi terjadi pukul 20.24 WIB dengan amplitudo maksimumnya 64 mm. Kolom letusan 2.500 meter mengarah ke timur laut, teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Jrakah selama 1,5 menit.
"Masyarakat diharapkan menyiapkan diri terhadap terjadinya hujan abu," ujar Hanik.
Dari Pos PGM Babadan, letusan memiliki amplitudo makimum 29 mm selama 56 detik, dengan kolom letusan tegak 1.000 meter. Sedangkan, sebaran abu vulkanik teramati pada 21.00 sudah mengarah dominan ke barat laut.
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Mlati, Nyoman Sukanta melaporkan, secara umum cuaca di DIY cukup cerah dan berawan. Namun, terkait erupsi Jumat malam, debu vulkanik bergerak ke arah utara ke barat laut, tenggara ke selatan.
"Konsentrasi debu vulkanik cenderung semaking berkurang, wilayah yang berpotensi terdampak antara lain Magelang," kata Sukanta.