Jumat 01 Jun 2018 21:59 WIB

Massa PDIP Hari Ini Kembali Datangi Kantor Radar Bogor

Massa PDIP mempermasalahkan pemuatan foto Megawati Soekarnoputri.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Andri Saubani
[ilustrasi] Massa simpatisan Partai Demnokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
[ilustrasi] Massa simpatisan Partai Demnokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Simpatisan dari kader PDIP Jumat (1/6) kembali mendatangi kantor Harian Radar Bogor. Aksi kali ini merupakan lanjutan dari aksi Rabu (30/5) lalu yang mempermasalahkan pemberitaan dari Radar Bogor dengan judul "Ongkang-ongkang Kaki Dapat Rp 112 juta".

"Kami tadi bicara banyak. Yang saya sampaikan pertama latar belakang kenapa kami sampai begini datang ke Radar Bogor tentunya karena berita. Khususnya berita yang bersifat foto," ujar Kader Senior Partai PDIP Rudi Harsa Tanaya di Kantor Radar Bogor di Jalan KH. R. Abdullah Bin Muhammad Nuh, Taman Yasmin, Kota Bogor, Jumat (1/6).

Permintaan maaf atau hak jawab yang dilakukan oleh Radar Bogor di edisi berikutnya dianggap tidak sesuai dengan harapan para kader. Hal inilah yang memicu puluhan orang ini kembali mendatangi kantor Radar Bogor dan melakukan dialog.

Puluhan kader ini disebut mempermasalahkan foto yang ditampilkan oleh Radar Bogor terkesan tendensius. Foto Megawati Soekarnoputri memang diedit dan diletakkan di tengah-tengah nominal angka, disertai dengan judul yang dirasa provokatif.

"Dengan foto yang sedemikian tendensius, kenapa Bu Mega ditaruh di tengah dengan warna merah. Kenapa dengan angka Rp 112 juta? Kenapa sih tidak difoto sama yang lain? Selama ini kan kesannya ada hal-hal yg bersifat tendensius yang kami juga tidak mengerti maksudnya. Jadi tadi kita minta penjelasannya," ujarnya.

Dari hasil pertemuan tadi, Rudi pun menyebut tidak berharap ada keributan. Dirinya dan kader lainnya paham posisi Radar Bogor sebagai media dan akan menunggu permintaan maaf yang disampaikan Radar Bogor melalui harian korannya.

"Klarifikasi tadi sudah baik. Kita juga paham posisi media, sehingga besok akan disampaikan permintaan maaf dengan cara-cara media. Yang biar bagaimanapun juga, Radar Bogor ini kan bukan milik perorang, milik warga Kota Bogor. Sehingga pemahaman ini harus disampaikan dengan baik," lanjutnya.

Hingga berita ini diturunkan, Republika masih berusaha meminta komentar dari Radar Bogor untuk kejadian Jumat sore ini. Namun, pada Rabu kemarin pihak Radar Bogor pun telah menemui simpatisan ini.

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat menyatakan sikapnya atas insiden penggerudukan dan kekerasan di kantor redaksi Radar Bogor Rabu (30/5) kemarin. PWI sendiri menyayangkan aksi yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan PDIP Bogor tersebut.

"Aksi Rabu kemarin sangat disayangkan dan memprihatinkan. Tindakan tersebut tidak mencerminkan prinsip-prinsip penyelesaian sengketa pers yang bermartabat dan demokratis," ujar Plt Ketua Umum PWI Pusat Sasongko Tedjo dalam keterangan pers yang didapat Republika, Jumat (1/6).

Sasongko menilai, tindakan tersebut kurang kondusif jika melihat kondisi saat ini. Di mana menuju tahun pemilihan umum setiap pihak berusaha menciptakan suasana yang sejuk dan menghindari konflik dan perpecahan.

PWI Pusat sendiri menyampaikan berbagai sikap atas kejadian tersebut. Di antaranya meminta kepada semua pihak, khususnya PDIP Bogor agar dalam menyampaikan keberatan atau tuntutan pemberitaan senantiasa menggunakan cara demokratis-prosedural. Hal ini sesuai dengan UU Pers.

"Pers bisa saja membuat kesalahan. Wartawan juga manusia yang tidak luput dari kelemahan dalam menjalankan profesinya. Kinerja pers dapat dipersoalkan secara etis maupun hukum dengan menggunakan UU Pers," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement