Selasa 29 May 2018 06:47 WIB

Dideportasi dari Suriah, Ini Sosok Irma di Teman Kuliahnya

Irma dikenal sebagai anak pendiam dan tertutup.

Petugas menunjukkan foto Irma Novianingsih, mahasiswi IAIN Tulungagung yang dideportasi dari Suriah karena diduga terlibat jaringan ISIS, di kampus IAIN Tulungagung, Jawa Timur, Senin (28/5).
Foto: Antara/Destyan Sujarwoko
Petugas menunjukkan foto Irma Novianingsih, mahasiswi IAIN Tulungagung yang dideportasi dari Suriah karena diduga terlibat jaringan ISIS, di kampus IAIN Tulungagung, Jawa Timur, Senin (28/5).

REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Sosok Irma Novianingsih, mahasiswi jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung yang dideportasi dari Suriah dan diduga terkait jaringan ISIS, dulu dikenal sebagai anak pendiam dan tertutup.

Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Tadris Matematika angkatan 2014, Agus Ali Mashuri dalam kesaksiannya di hadapan Rektor III IAIN Tulungagung Abad Badruzzaman, Senin (29/5), mengungkapkan Irma di awal perkuliahan hanya bergaul dengan teman dekatnya saja.

"Irma ini anak yang tertutup dengan pakaian gamis dan kerudung lebar dan besar," tutur Agus Ali Mashuri, dalam kesaksian tertulis yang dibacakan Abad Badruzzaman.

Kebetulan Ali sekelas dengan Irma di kelas Matematika F. Namun, ia mengaku tak mengenal dekat dengan mahasiswi asal Desa Dukuh, Kecamatan Gondang, Tulungagung tersebut.

Baca juga,  IAIN Tulungagung: Irman Bukan Berstatus Mahasiswa Lagi.

Selama di kampus, Irma seperti membatasi pergaulannya dengan teman-teman tertentu yang telah dikenalnya baik. "Di kelas Matematika F, hanya Irma yang berbapakaian seperti itu (gamis dengan kerudung besar dan lebar)," lanjut Ali.

Pakaian yang serba tertutup itu membuat Ali yang juga ketua kelas Matematika F mengira Irma sebagai pribadi yang disiplin, cerdas dan tekun belajar.

Namun dugaanya meleset. Menurut Ali, teman kampusnya yang kini dikarantina di Rutan Bambu Apus, Jakarta Timur usai dideportasi dari Suriah karena diduga terlibat jaringan ISIS itu justru sering terlambat masuk kuliah.

Tugas-tugas perkuliahan juga acapkali tidak dikerjakan, meskipun fakta akademik nilai Irma pada semester I-V selalu di atas IP 3,2. "Tidak hanya Irma, teman-temannya juga sering terlambat," ujar Ali.

Setelah empat semester menjalani perkuliahan bersama, Ali mulai curiga dengan aktivitas Irma yang terkesan eksklusif. Pada semester IV ini ia mendengar Irma sempat mengajak teman-temannya latihan memanah. "Sejak itu saya sadar, muncul pemahaman bahwa yang mereka lakukan ini mungkin aliran baru," ungkap Ali.

Kesaksian Ali yang disampaikan ke pihak kampus melalui Abad Baduruzzaman hanya sampai di situ. Ali mengaku tidak mengetahui lagi rimba Irma karena pada semester VI satu-satunya mahasiswi bergamis dengan kerudung besar nanlebar itu sudah jarang mengikuti perkuliahan.

Memasuki awal semester VII pada tahun ajaran 2017 hingga sekarang Irma sudah tidak pernah masuk kampus ataupun bertegur sapa dengan rekan-rekannya.

Beberapa teman kelas Irma yang lain tidak banyak memberi keterangan. Seorang mahasiswi jurusan Tadris Matematika angkatan 2014, Ayu mengaku tak begitu dekat dengan Irma Novianingsih.

Ia justru memberi kontak teman dekat Irma yang bernama Irva dan Ohim, namun dua nama terakhir tidak bersedia memberi keterangan kepada wartawan.

Kabar Irma tiba-tiba muncul setelah ada laporan bahwa mahasiswi kelahiran 23 November 1994 itu dideportasi bersama tujuh WNI lain dari Suriah menggunakan pesawat komersil Turkish Airline TK 036.

Saat ini Irma masih menjalani karantina di rutan Bambu Apus, Jakarta Timur di bawah pengawasan tim Densus 88 Antiteror untuk mendalami keterkaitan mereka dengan jaringa ISIS di Suriah

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement