Senin 28 May 2018 18:43 WIB

Merapi Masih Waspada, Tapi Warga Sleman Beraktivitas Normal

BPPTKG masih belum mengizinkan ada aktivitas warga di radius 3 kilometer dari Merapi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Andi Nur Aminah
Gunung Merapi mengeluarkan asap terlihat di Stabelan, Tlogolele, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (25/5) dini hari.
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Gunung Merapi mengeluarkan asap terlihat di Stabelan, Tlogolele, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (25/5) dini hari.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) belum menurunkan status Gunung Merapi dari waspada ke normal. Namun, tampaknya status itu tidak membuat aktivitas masyarakat Kabupaten Sleman terganggu.

Sampai Senin (28/5), BPPTKG masih belum mengizinkan ada aktivitas masyarakat di radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi. Selain itu, masyarakat tetap diminta untuk meningkatkn kesiapsiagaan jika ada peningkatan aktivitas Gunung Merapi.

photo
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida, menerangkan adanya material-material baru Gunung Merapi dari letusan-letusan yang terjadi beberapa hari belakangan.

Tapi, keseharian sebagian besar masyarakat Kabupaten Sleman yang berada di sekitaran Gunung Merapi tampak tidak terpengaruh. Termasuk di Kecamatan Pakem yang menjadi salah satu daerah paling terdampak dari sejumlah erupsi pekan lalu.

Camat Pakem, Suyanto mengatakan, masyarakat Kecamatan Pakem sampai saat ini masih bisa beraktivitas normal walau tetap waspada. Ia turut bersyukur pelaksanaan ujian sekolah di Kecamatan Pakem dapat berjalan lancar. "Kelancaran ujian di sekolah ini tidak terlepas dari dukungan semua pihak yang terus memberikan informasi terkini kondisi Merapi, sehingga warga tetap tenang beraktivitas," kata Suyanto saat ditemui di Dusun Kembangan, Desa Candibinangun, Kecamatan Pakem.

Terkait hujan abu yang sempat melanda Kecamatan Pakem, sejauh ini ia melihat belum berdampak kepada kesehatan masyarakat. Termasuk, lanjut Suyanto, belum ada peningkatan penyakit ispa walau hujan abu yang terjadi cukup tebal.

photo
Seorang petani memanen cabai di lahan pertanian lereng Gunung Merapi, Stabelan, Tlogolele, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (22/5).

Suyanto berpendapat, dampak yang jelas terlihat justru terjadi dari segi pariwisata karena mengalami penurunan kunjungan signifikan. Ia merasa, status waspada Gunung Merapi banyak dianggap wisatawan sebagai situasi tidak aman. "Kita ketahui bersama salah satu dari sapta pesona adalah aman, jadi kondisi peningkatan status Merapi ini kemungkinan ditanggapi wisatawan sebagai situasi tidak aman, sehingga mereka mengurungkan niatnya berwisata di Kaliurang," ujar Suyanto.

Untuk itu, ia berharap, kunjungan wisatawan ke Kabupaten Sleman khususnya Kaliurang bisa kembali normal. Sebab, bila terus berlangsung, penurunan kunjungan dikhawatirkan akan berdampak kepada perekonomian masyarakat.

Selain itu, Manajer Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Danang Samsurizal menuturkan, sebagian masyarakat yang sempat mengungsi sudah kembali ke rumah masing-masing. Terlebih, tidak ada aktivitas berarti dari Gunung Merapi belakangan. "Warga dari Dusun Kalitengah Lor dan Kidul yang kemarin melakukan evakuasi mandiri di Balai Desa Glagaharjo mulai pagi hari tadi sudah kembali ke rumah masing-masing," kata Danang, Senin (28/5). 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement