REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menyebut tercecernya KTP-el di Kabupaten Bogor, Jawa Barat bukan sekadar bentuk kelalaian. Ia berpendapat ada unsur kesengajaan dalam kasus ini.
Tjahjo pun meminta agar KTP-el tersebut segera dihancurkan atau dibakar. Ia justru melarang KTP-el tersebut dibawa ke gudang.
"Dikhawatirkan nanti disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab," ujarnya.
Tjahjo pun meminta Ditjen Dukcapil bersama kepolisian untuk menginvestigasi perkara tersebut. Ia meminta Ditjen Dukcapil untuk segera menemukan pihak yang bertanggung jawab dan melakukan mutasi dengan segera.
"Selasa besok harus selesai usulan mutasi pejabat Dukcapil yang harus bertanggung jawab di-non job-kan," kata Tjahjo menegaskan.
Penemuan ribuan KTP elektronik (KTP-el) dengan alamat Sumatera Selatan di Kabupaten Bogor menghebohkan warga. Spekulasi mengenai asal kartu indentitas itu pun berkembang liar di jagat media sosial.
Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) telah menelusuri kabar tersebut. Menurut Direktur Jenderal Dukcapil Zudan Arif Fakrulloh, Sesditjen Dukcapil I Gede Suratha sudah melakukan Pengecekan di lapangan dengan jajaran Polsek Kemang dan Polres Kabupaten Bogor.
Berdasarkan hasil penelusuran, KTP-el yang teronggok di Jalan Raya Salabenda Semplak, Parakansalak, Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat itu merupakan kartu rusak. Ribuan kartu rusak itu berasal dari gudang penyimpanan sementara di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Dalam perjalanannya menuju Gudang Kemendagri di Kabupaten Bogor, ribuan KTP-el rusak itu jatuh dari mobil pengangkut. "KTP-el tersebut sudah diamankan bersama masyarakat dan dikembalikan ke mobil pengangkut untuk selanjutnya dibawa ke Gudang Penyimpanan di Semplak," kata Zudan melalui keterangan tertulisnya, Ahad (27/5).
Pemindahan itu disaksikan oleh petugas kemendagri yang ditugaskan melaksanakan pemindahan barang dari Pasar Minggu ke Semplak. Zudan merinci, KTP-el rusak yang dibawa ke Semplak sebanyak satu dus dan seperempat karung.
"Jadi, bukan berkarung-karung, seperti yang diisukan di media sosial," ujarnya.