Ahad 27 May 2018 01:00 WIB

Membaca Kunci Sukses Generasi Muda

Membaca merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia.

Sejumlah peserta membaca buku (Ilustrasi)
Foto: ANTARA
Sejumlah peserta membaca buku (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr Misbah Fikrianto MM MSi, Kasubdit Penalaran dan Kreativitas Direktorat Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

 

Generasi muda merupakan aset yang akan menjadi pemimpin di masa mendatang. Kualitas generasi muda sangat ditentukan dengan kompetensi dan hubungan sosial satu sama lain. Meningkatkan kompetensi salah satunya dengan bagaimana mendapatkan informasi yang utuh dan benar. 

Membaca merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pepatah “Buku adalah jendela dunia” mungkin relevansinya tidak pernah pudar walaupun arus informasi dunia internet sudah mengubah gaya membaca kita dari buku cetak ke digital. Semua orang di zaman ini gampang mengakses bacaan lewat smartphone. Mau baca berita tinggal klik, mau baca buku tinggal download dan bisa lansung membaca lewat layar smartphone. Di dunia digital sekalipun pepatah di atas relevansinya masih sangat berpengaruh di zaman ini, bahwa dengan membaca kita dapat mengetahui informasi-informasi yang tiada batas dari mana saja, bahkan dari penjuru dunia sekalipun.

Coba kita lihat bagaimana Jepang membangun bangsanya dengan membaca. Negeri sakura ini bangkit dari keterpurukannya dimulai dengan membiasakan budaya membaca kepada seluruh masyarakatnya. Langkah awal yang dilakukan oleh Jepang ini adalah dengan memberantas buta huruf untuk membangun SDM nya. Lalu kemudian mendisiplinkan budaya membaca kepada masyarakatnya sejak dini.

Langkah awal yang dilakukannya adalah dengan mengirim pelajar-pelajar Jepang ke luar negeri dengan misi membangun bangsanya sendiri. Ribuan buku-buku Barat diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang agar mempermudah transfer ilmu pengetahuan dan teknologi. Lalu anak-anak dan remaja kemudian didisiplinkan untuk membaca buku setiap hari.

Alhasil, misi inilah yang membuat jepang cepat bangkit dari keterpurkannya. Tak heran jika kita melancong ke Jepang banyak masyarakat di sana kita lihat sedang membaca buku di tempat-tempat umum. Inilah nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat Jepang untuk membiasakan budaya membaca agar meningkatkan pengethauan dan kualitas SDM masyarakatnya.

Selain di Jepang, negara yang memiliki budaya baca tinggi adalah Finlandia. Menurut John W. Miller negara yang terletak di Eropa Utara ini terkenal dengan negara paling literat di bidang literasi di seluruh dunia. Langkah yang dilakukan oleh negara ini untuk meningkatkan minat baca di antaranya dengan penyediaan maternity pakage (paket perkembangan anak) yang diberikan oleh pemerintah kepada orang tua yang baru memiliki anak dengan memberikan beberapa perlengkapan bayi yang disisipkan dengan buku bacaan untuk orang tuanya maupun untuk bayinya, fasilitas perpustakaan yang sudah tersebar dimana-mana, budaya membaca yang turun temurun dilakukan dengan mewajibkan anak-anaknya wajib membaca satu buku perminggu, tradisi orang tua yang suka mendongeng, dan dari strategi dari pengalihan suara acara televisi dan film ke dalam bahasa lain yang kemudian diberi bantuan subtitles agar anak rajin membaca. Kebiasaan inilah yang membuat Finlandia sebagai negara tingkat pendidikan nomor satu di dunia dan kualitas SDM yang hebat.

Bagaimana budaya membaca di Indonesia?

Soal minat baca masih menjadi pekerjaan rumah bagi bangsa ini. Beberapa data yang ada, Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan yang dilakukan di 28 kota/kabupaten di 12 provinsi dengan 3.360 responden dalam beberapa tahun belakangan ini, ditemukan bahwa minat baca di Indonesia masih rendah yaitu hanya 25,1persen. Tidak jauh berbeda dengan riset yang dilakukan oleh UNESCO, indeks minat baca indonesia hanya 0,001persen artinya dari 1.000 penduduk hanya 1 orang yang serius membaca. Data dari survey BPS juga mencatat tingkat minat baca anak-anak Indonesia hanya 17,66 persen, sementara minat menonton mencapai 91,67 persen. Hasil penelitian ini dapat menjadikan acuan bagi bangsa Indonesia untuk terus membenahi diri meningkatkan minat baca generasi Indonesia.

Lemahnya minat baca di Indonesia didukung oleh banyak faktor, mulai dari akses terhadap bahan bacaan yang sangat minim karena akses bahan bacaan baru tersebar di kota besar saja belum sampai ke pelosok Tanah Air. Disamping itu kondisi dan fasilitas perpustakaan serta buku bacaan bagi masyarakat Indonesia terutama di daerah-daerah. Jika ada pun program-program yang ditawarkan masih berjalan setengah-setengah, perpustakaan masih menjadi tempat yang sepi, terkesan angker dan hanya diperuntukkan untuk orang-orang yang berpendidikan tinggi, padahal anak-anak dan warga biasa juga perlu akses terhadap bahan bacaan.

Gerakan membaca “itu bermanfaat” dan dilakukan oleh semua stakeholder

Dalam Agama Islam, ayat “Iqra” (bacalah) dalam surat al-Alaq menjadi ayat/wahyu yang pertama yang turun. Membaca merupakan sesuatu aktivitas baik dan bermanfaat. Tentunya dengan Membaca sesuatu yang bermanfaat dan diridhoi Allah SWT akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. 

Budaya membaca akan muncul dari kebiasaan, kalau tidak dibiasakan, kapan akan menjadi biasa? Kegitan membaca ini harus dilakukan secara masal dan terus menerus agar timbul kebiasaa tersebut dan akan melekat menjadi kebutuhan. Beberapa lembaga juga telah membentuk suatu gerakan untuk membiasakan masyarakat Indonesia untuk membaca, diantaranya adalah Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan Indonesia Membaca, Program Pengembangan Budi Pekerti, Program Duta Baca Indonesia, Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB), Taman Baca Masyarakat, Perpustakaan Desa hingga Perpustakaan Keliling yang bergerak di desa-desa terpencil. Namun gerakan-gerakan ini sepenuhnya belum didukung pemerintah secara maksimal, karena masih banyak kelemahan di mana-mana, mulai dari koleksi buku yang kurang hingga SDM yang tidak memadai.

Kalau saya boleh bilang saat ini justru sinergi dari gerakan-gerakan yang dilakukan oleh organisasi nirlaba justru yang lebih massif dan maksimal, seperti Gerakan 1001 Buku yang fokus pada pendistribusian buku anak dan penguatan taman baca anak berkomitmen untuk meningkatkan akses sumber bacaan khususnya bagi anak-anak agar mencintai dunia literasi sejak dini. Mereka ini adalah pejuang tanpa pamrih yang berjiwa besar untuk meningkatkan kualitas SDM bangsa dengan tangannya sendiri tanpa bantuan pemerintah.

Kita dapat melihat contoh yang dilakukan oleh POS Indonesia, ia juga sudah meluncurkan satu layanan baru untuk bersinergi dalam membangun budaya membaca di Indonesia yaitu dengan memberikan layanan pengiriman buku gratis yang akan didonasikan di setiap tanggal 17. Hal-hal semacam itu menjadi langkah awal untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia untuk membangun karakter bangsa ini dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Nah, diharapkan BUMN-BUMN lain juga bisa meniru gerakan-gerakan yang dilakukan oleh POS Indonesia untuk berperan mencerdaskan bangsa sesuai dengan model kerjanya masing-masing.

Selain meningkatkan akses terhadap sumber bacaan, gerakan pembiasaan baca buku pun perlu ditingkatkan lagi, tidak hanya bagi lembaga tertentu untuk meningkatkan budaya membaca dan pemberantasan buta huruf adalah tanggung jawab kita semua. Contohnya salah satu founder startup pendidikan di Indonesia, Iman Usman yang berperan aktif dalam meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia. Dengan memanfaatkan salah satu media sosial yang ia miliki, pemuda ini membuat gerakan membaca dengan menuliskan tagar #sabtubelajar untuk mengajak seluruh masyarakat agar memanfaatkan waktu senggangnya dengan membaca. Hal kecil seperti ini yang dapat meningkatkan budaya baca di Indonesia dan dapat menjadikan tren bagi masyarakat khususnya bagi pemuda untuk membaca sehingga dapat meningkatkan kualitas SDMnya.

Peran generasi muda

Pada tahun 2020-2035 Indonesia akan mulai memasuki masa emasnya dengan bonus demografi, pada tahun tersebut pertumbuhan usia produktif akan lebih besar dibandingkan dengan usia tidak produktifnya. Ini merupakan bonus yang dapat dimanfaatkan Indonesia untuk membangun bangsanya, namun jika tidak diiringi dengan budaya membaca, Kondisi bangsa Indonesia mengalamai tantangan untuk mencapai masa emasnya ini.

Generasi muda sebagai tonggak kemajuan bangsa harus membiasakan diri untuk membaca agar mendapatkan wawasan dan pengetahuan yang lebih luas. Pada mulanya mungkin mereka merasa dipaksa untuk membaca tapi di masa depan mereka menjadi tahu ternyata budaya membaca menjadi rumus sukses mereka untuk mengatarkan mereka menjadi orang maju dan negara yang maju. 

Oleh karena itu, budaya membaca sangatlah penting dalam membangun suatu bangsa. Tips memulai membaca dari yang termudah untuk dilakukan oleh generasi-generasi muda dalam meningkatkan minat baca adalah dengan memulai membaca dari topik yang kita sukai, terlebih saat ini akses terhadap internet pun sangat mudah sehingga kita bias membaca kapan saja dan darimana saja tak terhalang tempat dan waktu. Kita harus sadar bahwa dengan membiasakan membaca akan membentuk karakter dan meningkatkan kualitas diri menjadi orang yang hebat.

Bulan ramdhan adalah moment yang tepat 

Bulan suci Ramadhan merupakan waktu yang tepat untuk membudayakan membaca. Bulan Tarbiyah ini memiliki keistimewaan yang luar biasa. Bagaimana generasi muda mengisi waktu dari mulai sahur sampai menjelang buka puasa dengan membaca Alquran. Kita masih mengingat pada saat sekolah, berapa target kita membaca Alquran dalam sehari dan sebulan? Banyak orang yang mentargetkan Khatam Alquran pada bulan Ramadhan. Ada yang melakukannya dengan sendiri dan ada juga yang melakukannya bersama-sama dengan Tadarus Alquran setelah shalat Tarawih. Dari kebiasaan ini akan menjadi perilaku dan budaya membaca yang baik. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement