Kamis 24 May 2018 22:33 WIB

Pilkada Jateng Tenang Mungkin karena Masyarakat tak Peduli

situasi ini terjadi karena masyarakat sudah masa bodoh dan apatis.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Ratna Puspita
Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur nomor urut dua Sudirman Said (kedua kanan)-Ida Fauzia (kanan) dan pasangan nomor urut satu Ganjar Pranowo (kiri)-Taj Yasin (kedua kiri).
Foto: Aditya Pradana Putra/Antara
Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur nomor urut dua Sudirman Said (kedua kanan)-Ida Fauzia (kanan) dan pasangan nomor urut satu Ganjar Pranowo (kiri)-Taj Yasin (kedua kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Situasi aman di Jawa Tengah menjelang Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2018 bukan jaminan masyarakat paham pentingnya hak memilih pemimpin. Boleh jadi, situasi ini terjadi karena masyarakat sudah masa bodoh atau apatis dengan hajat pesta demokrasi tersebut.

Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Jawa Tengah Tafsir Mag mengaku bersyukur, situasi Jawa Tengah relatif kondusif selama tahapan pemilihan kepala daerah. Namun, dia berharap situasi yang adem ayem seperti Jawa Tengah ini bukan karena sikap masa bodoh masyarakat terhadap pesta demokrasi. 

Jika situasi tenang karena masyarakat sudah apatis maka pilgub tidak akan berkualitas. “Demikian halnya pemimpin yang bakal dihasilkan,” kata dia dalam Diskusi Media bertajuk 'Pilkada Bebas SARA', yang digelar Institut Komunikasi Nasional (IKN), di kampus Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), Kamis (24/5).

Karena itu, ia mengatakan, para ulama harus mendorong umat untuk berpastisipasi pada Pilgub Jawa Tengah nanti. “Jangan sampai golput, pilih calon dengan rasional,” kata dia.

Pengamat politik dan pemerintahan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang,  Yuwanto, mengemukakan, pemilihan kepala daerah kerap menunjukkan dua kepribadian yang berbeda. Pilkada bisa menunjukkan 'wajah' yang memesona dan banyak memberikan harapan.

Di sisi lain, terdapat sisi gelap karena terjebak pada praktik demokrasi yang pragmatis. Model demokrasi seperti ini akan menghasilkan pemimpin yang kleptokrasi dan dikuasai para cukong.

“Situasi ini juga bisa disebut sebagai kegagalan pilkada,” tegasnya.

Pemimpin Redaksi Tribun Jateng, Cecep Burdansyah, mengatakan, isu SARA digunakan untuk kepentingan elite tertentu. berdasarkan pengamatannya, Pilkada Jawa Tengah sempat coba digoyang dengan isu SARA. 

Bahkan ini dialami oleh masing- masing pasangan calon yang maju pada pilgub Jawa Tengah 2018. Yakni, Ganjar Pranowo saat membaca puisi Gus Mus dan Sudirman Said saat menghadiri perayaan tahun baru Imlek di kelenteng. 

Hanya saja, 'motor' penggerak isu di pilgub Jawa Tengah ini tidak sekuat sepertihalnya pilgub DKI Jakarta, saat 'menumbangkan' Ahok dengan surat Al Maidah. Karena itu, sampai hari ini, proses dan tahapan pilgub Jawa Tengah 2018 masih tetap kondusif. 

“Ini ditunjukkan oleh situasi politik yang tetap 'adem' seperti sekarang ini,” kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement