REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Crystal Liestia Purnama, Fira Nursya'bani
Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence kembali mengungkit model perlucutan senjata ala Libya untuk Korea Utara (Korut). Ia mengancam bahwa Korut bisa berakhir seperti Libya jika gagal membuat kesepakatan nuklir dengan AS. Menurutnya, Presiden AS Donald Trump bisa saja membatalkan rencana pertemuan dengan pemimpin Korut Kim Jong-un jika dipermainkan.
"Ada beberapa pembicaraan tentang model Libya pekan lalu, dan Anda tahu, seperti yang dijelaskan oleh Presiden (Trump), ini hanya akan berakhir seperti model Libya berakhir jika Kim Jong-un tidak membuat kesepakatan," kata Pence dalam wawancara yang ditayangkan Senin (21/5) malam di //Fox News//.
Ketika ditekankan bahwa perbandingan tersebut bisa ditafsirkan sebagai ancaman, Pence menjawab: "Yah, menurut saya itu fakta, bukan sekadar ancaman."
Sebelumnya, Korut meradang setelah penasihat keamanan nasional Presiden Donald Trump, John Bolton, mengatakan bahwa pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan untuk menerapkan model Libya sebagai sebuah contoh tentang bagaimana melakukan perjanjian nuklir potensial dengan Korut. Korut mengancam akan menarik diri dari pertemuannya dengan Trump yang dijdwalkan 12 Juni. Namun, pernyataan Bolton langsung diredam Gedung Putih.
"Ini adalah model Presiden Trump. Dia akan menjalankan ini sesuai keinginannya. Kami 100 persen percaya diri, seperti yang kami katakan berkali-kali sebelumnya, karena saya yakin Anda semua sadar, ia adalah negosiator terbaik dan kami sangat percaya diri untuk itu," katanya, dilaporkan //CNN//.
Pemimpin Libya Moammar Qadafi setuju untuk meninggalkan ambisi nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi pada awal 2000-an. Dalam beberapa tahun, Qadafi digulingkan dan dibunuh oleh pemberontak yang didukung oleh Washington.
Sementara itu, tiga pekan sebelum KTT antara AS dan Korut, Trump dijadwalkan bertemu Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in pada Selasa (22/5). Keduanya membahas keseriusan Korut untuk melucuti senjata nuklirnya.
Pembongkaran
Sekelompok kecil wartawan asing tiba di Korut pada Selasa untuk menyaksikan langsung pembongkaran situs uji coba nuklir pekan ini. Namun, di antara media yang diundang tidak ada wartawan Korea Selatan (Korsel), yang semula dijadwalkan akan ikut berpartisipasi.
Korut mengizinkan akses terbatas bagi sejumlah media asing untuk memublikasikan janjinya yang akan menghentikan uji coba nuklir di situs bawah tanah dan menghentikan peluncuran rudal balistik antarbenua. Media yang diundang adalah media Inggris, Rusia, Cina, dan AS.
Mereka tiba di Korut dengan menggunakan pesawat khusus dari Beijing. Para wartawan itu akan menginap di hotel kota pelabuhan Wonsan, sebelum melakukan perjalanan dengan kereta api ke situs uji coba nuklir Punggye-ri, yang berada di timur laut Korut.
Keputusan Korut untuk menutup situs uji coba nuklir Punggye-ri secara umum telah dilihat sebagai tanda positif yang diberikan Kim Jong-un menjelang pertemuannya dengan Trump. Pembongkaran situs diperkirakan akan dilakukan dalam beberapa hari mendatang, tergantung pada cuaca.
Korut telah melakukan enam uji coba bom nuklir di situs bawah tanah tersebut, termasuk uji coba paling kuat pada September lalu. Kim telah mengatakan kepada para pemimpin partai yang berkuasa di pemerintahan, pengujian lebih lanjut tidak lagi diperlukan.
Korut dapat membangun situs uji coba baru jika dirasa perlu melakukan pengujian bom nuklir lebih lanjut. Korut juga dapat membongkar terowongan Punggye-ri dengan cara membalik Gunung Mantap yang ada di dekatnya.
Di sisi lain, setelah sempat menciptakan suasana damai sejak perhelatan Olimpiade Musim Dingin pada Februari lalu, kebuntuan hubungan kembali menghantui Korut dan Korsel. Pekan lalu Pyongyang mengisyaratkan akan memutus semua hubungan tingkat tinggi dengan Seoul.
Korut juga telah menolak daftar nama dan pengajuan visa delapan wartawan Korsel yang hendak ikut menyaksikan penutupan situs nuklir tersebut.
Penolakan ini merupakan bentuk protes terhadap latihan militer gabungan yang masih dilakukan AS dan Korsel di Semenanjung Korea. Korut menuding AS telah mengerahkan pesawat pengebom B-52 yang berkekuatan nuklir dalam latihan itu. Namun, Washington membantah sejumlah pesawat pengebom tersebut adalah bagian dari latihan. (Pengolah: yeyen rostiyani)