REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Erupsi yang kembali terjadi pada Selasa (22/5) malam sempat membuat masyarakat yang tinggal di kaki-kaki Gunung Merapi mengungsi ke titik-titik kumpul. Walau statusnya masih waspada, sebagian besar masyarakat sudah kembali ke rumah masing-masing karena tak ada aktivitas berarti sepanjang pagi.
Letusan terakhir terjadi pada pukul 01.47 yang berlangsung tiga menit dengan ketinggian asap 3.500 meter, dengan amplitudo seismik terukur 40 mm. Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Babadan melihat asap mengarah ke barat.
Sempat terdengar dentuman dan terlihat kilatan yang menyebabkan kegelisahan masyarakat sehingga banyak yang melakukan pergerakan secara mandiri ke titik-titik aman. Dari sembilan titik-titik aman, terdapat sekitar 1.522 jiwa yang mengungsi.
"Sebagian besar sudah kembali ke atas (rumah masing-masing)," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Biwara Yuswantana, Selasa (22/5).
Senada, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida menuturkan, sebenarnya status waspada emang belum menganjurkan masyarakat untuk mengungsi. Karenanya ia mempersilakan masyarakat kembali.
"Sebenarnya kalau statusnya masih waspada kita belum menganjurkan untuk mengungsi, jadi silakan kalau ingin kmebali ke rumah masing-masing," ujar Hanik.
Pantauan Republika sepanjang Selasa (22/5) pagi, sejumlah warga dibantu relawan dan petugas gabungan kebencanaan melakukan kegiatan ronda malam di beberapa titik di lereng Gunung Merapi. Kegiatan sekaligus bertujuan menenangkan dan memberi rasa aman.
Masyarakat diimbau tidak gelisah dan mematuhi instruksi petugas yang ada di lapangan serta tetap mengantisipasi hujan abu yang terjadi. Masyarakat turut diminta menutup sumber air, dan menghentikan dulu aktivitas wisata, pertambangan dan pendakian.