REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jimly Asshidiqie melontarkan candaan kepada Presiden ketiga RI BJ Habibie saat keduanya menghadiri acara Refleksi 20 Tahun Reformasi di Grand Sahid, Jakarta, Senin (21/5) kemarin.
Jimly menyebut Habibie bisa saja kembali menjadi presiden, mengikuti langkah Mahathir Mohammad yang kembali menjadi PM Malaysia pada usianya yang sudah 92 tahun. Habibie diketahui saat ini sudah berusia 81 tahun atau 11 tahun lebih muda daripada Mahathir.
"Kita becanda Pak Mahatir aja 92 bisa, Pak Habibie juga bisa dong," gurau Jimly.
Lontaran bercandaan Jimly ini disambut tawa peserta acara di antaranya ada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Komando Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Ditektur Wahid Institut Yenny Wahid, serta sejumlah pejabat dan tokoh nasional lainnya.
Namun, Jimly segera meluruskan kalau Habibie bukanlah figur yang punya ambisi berkuasa. Habibie, kata dia, adalah orang yang murni ingin mengabdi kepada bangsa dengan karya dan pemikiran. "Kita tahu kalau Pak Habibie bukan orang yang begitu. Mahatir kan memang seorang politisi," ujar Jimly.
Jimly kemudian memetik pelajaran penting bagi Indonesia mengenai terpilihnya Mahathir menjadi PM pada usia 92 tahun. Itu artinya, menurut Jimly, kaderisasi dan regenerasi di Malaysia tidak berjalan baik seperti di Indonesia.
Indonesia pascareformasi dilihat Jimly justru berhasil melahirkan pemimpin-pemimpin muda untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
Sementara itu, dalam pidatonya, Habibie mengatakan, perjalanan 20 tahun Reformasi telah banyak dicapai bangsa Indonesia. Agenda-agenda besar Reformasi diakui Habibie satu per satu sudah terlaksana. Mulai dari Amandemen UUD 1945, demokratisasi, otonomi daerah, penghapusan dwifungsi ABRI, pemberantasan KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme), dan pegakan supremasi hukum.
Namun, Habibie memandang sasaran utama Reformasi mengangkat peradaban bangsa Indonesia masih belum tercapai. "Yang kita sasar dengan reformasi adalah kemajuan peradaban Indonesia, dengan kata lain sumber daya manusia Indonesia yang maju dalam iman, takwa, dan iptek dengan negara lain," kata Habibie menegaskan.
Mengapa kemajuan peradaban ini penting? Habibie menjelaskan, peradaban adalah hasil usaha dan kerja sumber daya manusia agar kualitasnya makin hari makin tinggi. Ini dipengaruhi oleh tiga hal, yakni budayanya, agamanya, dan kemampuan mengembangkan dan mengendalikan ilmu pengetahuan dan teknologi.