Senin 21 May 2018 05:04 WIB

Cawagub Rindu: Pendidikan Karakter Cegah Terorisme

Selama ini, siswa sekolah kurang mendapatkan pendidikan agama.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Uu Ruzhanul Ulum.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Uu Ruzhanul Ulum.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Rendahnya pemahaman tentang agama menjadi penyebab utama munculnya terorisme di Tanah Air. Padahal, jika dikaji dan dipahami dengan baik, nilai-nilai keagamaan sangat bertentangan dengan paham tersebut.

Karenanya, calon wakil gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, merasa perihatin dengan bermunculannya kembali aksi-aksi terorisme di Indonesia, belakangan ini. Karena, hal ini menandakan adanya pemahaman agama yang keliru dari para pelaku teror. "Semua agama, termasuk Islam, tidak ada yang mengajarkan aksi-aksi teror," ujar Uu, Ahad (20/5).

Uu menilai, fenomena ini terjadi karena pelaku tidak memahami agama dengan baik. Mereka, hanya mengetahui sepotong-sepotong. "Dari bodoh enggak naik-naik, pinter ya enggak nyampai kalau sepotong-sepotong," katanya.

Oleh karena itu, seluruh masyarakat harus diberi pendidikan karakter yang baik, agar bisa menerima pemahaman tentang nilai-nilai agama yang baik dan utuh. Karena, pendidikan karakter identik dengan akhlak. Sedangkan akhlak identik dengan keimanan dan ketakwaan.

"Jadi adanya radikalisme dan terorisme ini, solusinya kuatkan pendidikan karakter yang digembar-gemborkan Pak Jokowi," katanya.

Pemberian pendidikan karakter yang baik, kata dia, hanya bisa dilakukan dengan memperbanyak pendidikan keagamaan khususnya kepada generasi muda. Uu menilai, selama ini, siswa sekolah kurang mendapatkan pendidikan agama.

"Harus ada pendidikan keagamaan tambahan. Harus ada pendidikan agama di luar sekolah. Bukan hanya Muslim, tapi semuanya," katanya.

Uu menjelaskan, sudah menerapkan hal itu selama menjabat Bupati Tasikmalaya sejak 2010 hingga saat ini. Berbagai program bisa direalisasikan seperti ajengan/ustadz masuk sekolah mulai dari SD hingga SMA/SMK, wajib belajar diniyah, dan maghrib mengaji. 

Selain itu, siswa Muslim mengikuti program Pesantren Ramadan setiap bulan suci puasa. "Jadi anak-anak di bulan puasa ini tidak sekolah. Pendidikan agama yang dimajukan melalui Pesantren Ramadan. Bahkan mereka mondok di pesantren," katanya.

Agar semua hal ini bisa terwujud di setiap daerah maka menurutnya, semua tingkatan pemerintah harus memiliki komitmen yang baik terutama dari sisi penganggaran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement