Ahad 20 May 2018 23:07 WIB

Anwar Ibrahim Beri Masukan untuk Reformasi Indonesia

Perlu ada tim yang mengkaji kekuatan dan kelemahan reformasi

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Muhammad Hafil
Presiden ketiga RI BJ Habibie (kiri) bersama dengan mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim memberikan keterangan seusai melakukan pertemuan di Jakarta, Ahad (20/5).
Foto: Republika/Prayogi
Presiden ketiga RI BJ Habibie (kiri) bersama dengan mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim memberikan keterangan seusai melakukan pertemuan di Jakarta, Ahad (20/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan wakil perdana menteri (PM)  Malaysia Anwar Ibrahim memberi masukan pada Indonesia jelang peringatan 20 tahun reformasi pada 21 Mei 2018.  Pemerintah harus meneliti setiap permasalahan agar tidak mengulangi masalah yang sama.

"Harus ada tim yang mengkaji dan meneliti pengalaman Indonesia dalam proses itu, dari pada era Habibie (Bacharuddin Jusuf Habibie) sampai Jokowi (Joko Widodo)," kata Anwar saat mengunjungi kediaman BJ Habibie di kawasan Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Ahad (20/5).

Ia mengatakan, tim itu bisa mengkaji apa kekuatan dan kelemahan, keresahan, dan isu terbesar selama 20 tahun rezim Reformasi di Indonesia. Selain mengkaji, pemerintahan saat ini harus meneliti setiap permasalahan supaya tidak ada pengulangan kesalahan yang sama.

"Kita hanya pelajari yang sukses dan tak mengulangi kelemahamnya. Terutama permasalahan korupsi, kesenjangan, dan usaha membasmi kemiskinan," ujar Anwar.

Anwar mengatakan Indonesia memiliki pengalaman dalam peralihan rezim dari Orde Baru ke feformasi. Peralihan itu pasti memberi banyak pelajaran pada masyarakat merasakan demokrasi.

Kendati menolak menyebut pembentukan institusi-institusi di Malaysia lebih baik dari Indonesia, tetapi menurut Anwar hal itu bisa dipelajari Indonesia. Dari segi institusi, di Malaysia, tak separah yang dialami Orde Baru atau Orde Lama, ujar dia.

Menurut Anwar, dalam Reformasi memang harus ada perombakan besar-besaran. Ia mencontohkan perombakan kabinet yang dilakukan PM Mahathir Mohamad sepekan usai terpilih. Perombakan harus dilakukan untuk menempatkan pejabat yang cukup kredibel di pemerintahan. Selain itu, ia menyebut, pemerintahan Mahathir membuktikan janji-janji yang disampaikan saat pemilihan umum.

"Saya pikir itu permulaan yang baik," ujar dia.

Ia menegaskan, perombakan kabinet membutuhkan menteri-menteri yang komitmen terhadap reformasi. Pada sektor ekonomi, butuh menteri yang bersedia memacu pertumbuhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement