Selasa 08 May 2018 19:11 WIB

BNPT Tularkan Cara-cara Soft Approach Tangani Terorisme

Saat ini sudah lebih 600 returness FTF dan keluarganya yang kembali dari Suriah

Kepala BNPT, Komjen. Pol. Suhardi Alius memberikan sambutan dalam acara Silaturahmi Kebangsaan Negara Kesatuan NKRI (Satukan NKRI) di Jakarta, Rabu (28/2).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Kepala BNPT, Komjen. Pol. Suhardi Alius memberikan sambutan dalam acara Silaturahmi Kebangsaan Negara Kesatuan NKRI (Satukan NKRI) di Jakarta, Rabu (28/2).

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus melakukan sinergi dalam melakukan program penanggulangan terorisme. Tidak hanya di dalam negeri dengan 36 kementerian dan lembaga, tetapi juga dengan badan-badan dunia yang bertanggungjawab menangani terorisme. Salah satunya dengan bergabung dengan 30 negara di seluruh dunia dibawah wadah Global Counter Terrorisme Forum (GCTF), yang tugasnya membahas berbagai fenomena dan penanganan terorisme secara global.

Indonesia menjadi salah satu negara yang sangat aktif di forum ini. Itu dibuktikan dengan dipercayanya Indonesia menjadi co-host the Second Regional Workshop on Initiative on Addressing the Challenge of Returning Families of Foreign Terrorist Fighters (FTF) di Nusa Dua Bali, 7-8 Mei 2018. Di forum ini, Indonesia akan banyak memberikan pengalaman dalam melakukan penanganan FTF dengan soft approach, seperti yang telah dilakukan BNPT selama ini.

“Workshop GTCF ini akan membahas berbagai isu terorisme, dan fokusnya tentang returness dan keluarga FTF. Indonesia kebetulan punya pengalaman masalah itu sehingga kita akan sharing dengan mereka. Intinya, penanganan terorisme tidak selamanya menggunakan hard approach, tapi soft approach seperti yang telah kita lakukan,” ujar Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius usai membuka workshop tersebut, Senin (7/6).

Komjen Suhardi mengungkapkan, saat ini sudah lebih 600 returness FTF dan keluarganya yang kembali dari Suriah. Ini menjadi ancaman tersendiri karena mereka sudah ‘radikal’ sehingga kalau tidak dimonitor dan diperhatikan bisa menjadi ancaman. Apalagi tidak hanya fighter-nya saja, tapi ada keluarganya yaitu istri dan anak sehingga harus ada penanganan khusus.

BNPT sudah beberapa kali memulangkan keluarga FTF dari Turki ke Indonesia. Mereka tetap ditangani secara intensif bersama stakeholder lain seperti Kementerian Sosial dan Kepolisian agar tidak merasa dimarjinalkan. Artinya, mereka harus disentuh dan terus dilakukan upaya untuk mereduksi tingkat radikal mereka sehingga nantinya bisa kembali di tengah masyarakat dan bisa berreintegrasi secara sosial.

“Itulah yang kita bahas di forum ini. Dan banyak negara peserta sangat tertarik belajar dengan cara-cara soft approach Indonesia dalam menangani keluarga FTF ini. Selain itu, kami juga bahas berbagai persoalan yang terjadi di negara-negara lain,” tutur mantan Kabareskrim Polri ini.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement