Kamis 17 May 2018 21:32 WIB

Serangan Teror Diyakini Berkurang di Bulan Ramadhan

Perburuan Densus semakin mempersempit ruang gerak terduga teroris.

Rep: Mabruroh/ Red: Didi Purwadi
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (tengah) mendengarkan kronologis kejadian penyerangan anggota Polisi Polda Riau ketika berkunjung ke lokasi penyerangan di Mapolda Riau, di Pekanbaru, Riau, Kamis (17/5).
Foto: Antara/Rony Muharrman
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (tengah) mendengarkan kronologis kejadian penyerangan anggota Polisi Polda Riau ketika berkunjung ke lokasi penyerangan di Mapolda Riau, di Pekanbaru, Riau, Kamis (17/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat teroris,  Harits Abu Ulya, menilai memasuki bulan Ramadhan ini serangan-serangan teroris akan menurun. Jika pun ada, kata dia, hanya dampak dari upaya pengejaran dari Densus 88 Polri.

''Mulai menurun ya, kalau ada serangan susulan untuk saat ini lebih karena efek perburuan Densus saja,'' ujar Harits melalui sambungan telepon, Kamis (17/5).

Perburuan Densus, menurutnya, semakin mempersempit ruang gerak terduga teroris. Sehingga jika pun ada serangan, maka dampak dari perburuan para Densus sehingga membuat para teroris nekat melakukan serangan.

''Ruang gerak mereka semakin sempit dan itu mungkin (membuat) mereka berpikir nekat. Sebelum ditangkap hidup atau mati, mereka (lebih baik) menyerang dengan apa yang bisa dia lakukan,'' ujar Harits.

Serangan bisa dalam bentuk bom maupun senjata tajam (sajam) seperti yang terjadi di Mapolda Riau. ''Kalau ada bom ya (pakai) bom, kalau ada senpi (senjata api) ya senpi, seperti yang terlihat di Riau itu,'' ucapnya.

Jadi sekali lagi, tambahnya, saat ini fenomenanya adalah dampak dari perburuan Densus. Seperti halnya penangkapan terduga teroris yang terjadi di Tangerang pada Rabu (16/5). ''Jadi fenomenanya ini kelihatannya. Kalau ada, ya dampak dari berburuan saja,'' ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement