Kamis 17 May 2018 14:27 WIB

Dhuha Terakhir Inspektur Auzar

Polisi yang ditabrak pelaku teror dan lalu meninggal dunia itu tak lain adalah Auzar

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Budi Raharjo
Anggota keluarga Ipda Auzar yang menjadi korban penyerangan Mapolda Riau menangis ketika acara pemakaman di Pekanbaru, Riau, Rabu (16/5).
Foto: Antara/Rony Muharrman
Anggota keluarga Ipda Auzar yang menjadi korban penyerangan Mapolda Riau menangis ketika acara pemakaman di Pekanbaru, Riau, Rabu (16/5).

REPUBLIKA.CO.ID,Inspektur Dua Auzar, personel Direktorat Lalu Lintas Polda Riau, baru saja selesai menunaikan shalat Dhuha. Shalat sunah di pagi hari itu dilaksanakan Auzar di Masjid Polda Riau yang berlokasi di lantai dua.

Seusai shalat, Auzar meninggalkan masjid dan melakukan aktivitas rutinnya sebagai anggota korps Bhayangkara. Sekitar pukul 09.00 WIB, sebuah mobil Toyota Avanza bernomor polisi BM 1192 RQ menerobos paksa ke Mapolda Riau.

"Pada saat masuk, dihalangi anggota. Turun dari mobil orang tidak dikenal, ada empat orang. Kemudian menyerang anggota," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto saat menjelaskan teror yang menimpa Mapolda Riau di Markas Besar Polri, Jakarta, Rabu (16/5).

Menurut Setyo, empat orang tersebut menyerang dengan menggunakan senjata tajam dan mengakibatkan dua anggota polisi terluka. Keempat pelaku yang turun dari mobil dilumpuhkan dan tewas di tangan petugas. Sementara, satu lainnya berupaya melarikan diri. "Sempat menabrak anggota yang bertugas, gugur, dan menyenggol seorang wartawan," ujar Setyo.

Polisi yang ditabrak pelaku teror dan kemudian meninggal dunia itu tak lain adalah Ipda Auzar. Kendati sempat dilarikan ke RS Bhayangkara Pekanbaru untuk mendapatkan pertolongan, Ipda Auzar akhirnya mengembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 10.00 WIB.

Direktur Lalu Lintas Polda Riau Kombes Rudi Syarifudin yang tak lain atasan langsung Auzar menyatakan, almarhum yang wafat pada usia 55 tahun tersebut merupakan sosok yang religius. Auzar hampir tak pernah absen mendirikan shalat Dhuha. "Ibadah itu rutin dilakukan almarhum setiap pagi," ujar Rudi.

Menurut Rudi, sebelum kejadian, Auzar juga sempat memberikan pengarahan jadwal tausiyah dan kegiatan Ramadhan di lingkungan masjid Polda Riau. Selanjutnya, korban turun ke bawah untuk kembali ke ruangan kerja dan seketika ditabrak mobil yang dikendarai pelaku teror.

Di mata Rudi dan rekan-rekannya, Auzar dikenal bukan hanya sebagai polisi, tetapi juga ulama dan ustaz. "Karena itu, kita semua merasa kehilangan sosok beliau," kata Rudi.

Almarhum Ipda Auzar memulai karier di Direktorat Lantas Polda Riau sejak Bintara hingga menyandang pangkat Ipda. Selama menjadi anggota Polri, Auzar yang bergelar haji itu aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan dan sosial. Dia diketahui kerap memberikan tausiyah yang disegani di internal polisi maupun masyarakat setempat.

Rudi menyebutkan, almarhum me miliki sebuah pesantren dan yayasan anak-anak yatim piatu yang mendidik lebih dari 500 anak kurang beruntung. Para tetangga pun mengenal Ipda Azhar sebagai sosok yang berjiwa sosial tinggi.

"Almarhum adalah tetangga yang luar biasa, jiwa sosialna tinggi untuk ke giatan masyarakat. Terutama, kegiatan di tiga masjid yang ada di sekitar tempat tinggalnya ini," kata Erwin (42 tahun), tetangga yang tinggal di depan rumah almarhum.

Ketika mendengar almarhum menjadi korban teror di Polda Riau, warga sangat terpukul. Suasana duka kini menyelimuti rumah almarhum Ipda Auzar di Jalan Bambu Kuning I, Kecamatan Tenayan Raya. Keluarga juga terlihat masih syok dengan peristiwa duka itu. Ratusan warga sekitar terus berdatangan mengucap belasungkawa.

Ipda Auzar yang lahir di Tanjung Alam, 9 November 1962, meninggalkan seorang istri, tiga anak, dan satu orang cucu. Semasa hidup, Ipda Auzar pernah menjabat sebagai Perwira Administrasi II SIM di Subditregident Ditlantas Polda Riau. Selain aktivitas keagamaan dan sosialnya, Ipda Auzar juga termasuk anggota komunitas pencinta sepeda tua atau ontel.

Ketua Laskar Sepeda Tua Pekanbaru Fajar Daulay ketika melayat di rumah duka mengatakan, almarhum sudah lima tahun terakhir aktif dalam komunitas tersebut. Almarhum adalah sosok yang selalu mendukung moral dan materi untuk komunitas itu.

"Dia selalu dukung segala sesuatu material dan moral dan cinta sama sepeda ontel. Dia tidak malu pake baju dinas polisinya setiap kegiatan, terutama saat Hari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus dan Hari Pahlawan 10 November. Jadi, kami merasa kehilangan," kata Fajar.

Fajar mengenang kala terakhir bersepeda ontel berkeliling Pekanbaru bersama almarhum pada Ahad pekan lalu. "Yang saya salut dari beliau adalah dia sering ke kantor dan kegiatan lainnya pake sepeda ontel tuanya itu," ujar Fajar.

Mabes Polri memutuskan menaikkan pangkat Auzar menjadi inspektur satu luar biasa anumerta. Dan, jenazah Auzar pun dimakamkan dengan upacara militer di Tempat Pemakaman Umum Mayang Sari, Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru, Rabu sore. n antara ed: eh ismail

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement