REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pascaterjadinya rentetan aksi teror di Surabaya, Jawa Timur, Polri melakukan tindakan pengembangan. Hasil pengembangan ini, 13 orang ditangkap di Wilayah Jawa Timur. Lalu, dua orang lagi ditangkap di Sumatra Selatan pada Senin (14/5) malam.
"Polri melakukan penegakan hukum terhadap dua terduga teroris yaitu di Sumatra Selatan," ujar Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Polisi Setyo Wasisto di Markas Besar Polri, Jakarta, Selasa (15/5).
Dua terduga teroris tersebut diduga juga memiliki keterkaitan dengan aksi teror yang terjadi secara rentetan tersebut. Selain itu, keduanya juga diduga terlibat kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD). "Inisialnya H alias Abdurrahman, yang kedua, Hengki alias Abu Ansor," ujar Setyo.
Sayangnya, Setyo belum bisa merinci tempat kejadian perkara secara rinci terkait penangkapan di Sumatra Selatan itu. Mantan wakil Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Polri itu juga belum mau membeberkan kronologi penangkapan dua terduga teroris tersebut.
Sebelumnya, 13 orang ditangkap karena diduga terlibat jaringan terorisme dan rentetan ledakan bom di wilayah Jawa Timur. Dari 13 orang tersebut, dua di antaranya ditembak dan meninggal dunia. Setyo menyebutkan, mereka ditembak karena pada saat diadakan penangkapan melakukan perlawanan.
Salah satunya adalah yang meninggal ialah Budi Satrio alias BS. Menurut Setyo, Budi Satrio berperan sebagai penampung dana yang digunakan JAD di Surabaya. JAD Surabaya diketuai oleh Dita yang melakukan bunuh diri di Gereja. Selanjutnya, terduga teroris yang tewas adalah Wicang alias F.
Kendati demikian, Setyo belum bisa merinci identitas maupun inisial 13 orang lainnya. Tiga gereja di Surabaya mengalami pengeboman pada Ahad (13/5). Lalu Mapolrestabes Surabaya juga dibom pada Senin (14/5). Malam harinya sebuah Rusun di Wonocolo, Sidoarjo juga meledak. Total yang meninggal dalam insiden itu sejauh ini adalah 25 orang, 13 pelaku dan 12 lainnya aparat dan warga sipil.