REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PKS, Sukamta, menilai, tidak bijak mengarantina WNI yang baru saja tiba dari Suriah. Sebab, menurut dia, tidak semua WNI yang berasal dari Suriah terkait dengan ISIS.
Itu diungkapkan Sukamta menyusul pernyataan Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang mengungkap ratusan WNI eks Suriah telah menyebar ke wilayah Jawa. Para WNI eks Suriah ini juga melakukan doktrinisasi ideologi yang dianutnya kepada masyarakat.
"Tidak semua WNI dari Suriah terkait ISIS. Tapi aparat intelijen punya kok kemampuan mendeteksi dan memantau person-person yang berbahaya," ujar Sukamta saat dihubungi, Selasa (15/5).
Menurut dia, daripada mencurigai semua WNI yang pulang dari Suriah, lebih baik fokus ke orang-orang yang memang telah dicurigai. "Tinggal fokus ke mereka saja, supaya efisien dan efektif," katanya.
Sukamta mengatakan, dalam waktu dekat juga Komisi I DPR akan memulai rapat dengan mitra intelijen Komisi I DPR. Hal ini untuk mendalami terjadinya teror beruntun beberapa waktu terakhir.
"Apakah karena intelijen yang tidak berperan bagus atau ada faktor lain yang membuat aparat tidak bisa mengantisipasi, termasuk informasi-informasi terkait WNI dari Suriah itu karena untuk deteksi memang tugas intelijen, yang paling besar," ujarnya.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut saat ini ada ratusan WNI eks Suriah yang sudah masuk ke wilayah Jawa. Para eks Suriah ini melakukan doktrinisasi kepada masyarakat lainnya, salah satunya keluarga pelaku serangan teroris di Surabaya.
"Satu keluarga ini adalah salah satu ideolog kelompok ini," ucap Kapolri.
Polri pun berharap ada kebijakan yang dapat mencegah masuknya para WNI yang kini masih di Suriah. Sebab, hingga saat ini Polri tidak bisa menindaknya. "Sementara kelompok yang datang gelombangnya cukup banyak dari luar negeri. Ini perlu kita tangani, harus ada kekuatan hukum karena hukum kita tidak bisa proses hukum mereka yang kembali dari Suriah," ujar Kapolri.
(Baca: Kapolri: Pelaku Bom Polrestabes Surabaya Masih Jaringan JAD)