Senin 14 May 2018 22:57 WIB

Keluarga tak Yakin Dita Terkait Terorisme

Dita Siska Mielenia adalah salah satu yang diduga menusuk anggota Brimob.

Petugas kepolisian memberi hormat saat mobil yang mengangkut jenazah anggota Brimob korban penikaman, Bripka Marhum Prencje di bawa menuju rumah duka dari Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Jum'at (11/5).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Petugas kepolisian memberi hormat saat mobil yang mengangkut jenazah anggota Brimob korban penikaman, Bripka Marhum Prencje di bawa menuju rumah duka dari Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Jum'at (11/5).

REPUBLIKA.CO.ID,  TEMANGGUNG -- Keluarga Dita Siska Millenia (18) di Desa Jambon, Gemawang, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, tidak percaya jika Dita terkait jaringan terorisme. Seperti diketahui, polisi mengamankan terduga teroris perempuan atas nama Dita Siska Millenia dan Siska Nur Azizah yang sedang menyusun strategi penyerangan saat kericuhan di Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat beberapa waktu lalu.

"Kami tidak percaya kalau Dita masuk jaringan terorisme," kata Suwal (50 tahun) ayah Dita, di Temanggung, Senin (14/5).

Selama ini anak pasangan petani Suwal (50) dan Ari Suprapti (43) dikenal sebagai pribadi yang biasa saja. Suwal mengaku kali pertama mengetahui ihwal penangkapan anaknya oleh Densus 88 dari pesan aplikasi Whatsapp.

Ia sama sekali tidak menduga informasi yang beredar di Whatsapp. Karena sepengetahuannya, anak gadisnya itu sedang praktik mengajar atau pengabdian di sebuah pondok pesantren di Majenang, Cilacap.

"Di Majenang sudah setahun dan seharusnya selesai Lebaran ini. Ia melakukan semacam pengabdian setelah empat tahun mondok di Pondok Darul Arqom Pagersari, Patean, Kendal. Saya kaget dan tidak menduga sama sekali dan tidak yakin kalau Dita ikut yang seperti itu. Harapan saya dia bisa pulang dan berkumpul kembali bersama keluarga," katanya.

Menurut dia, Dita yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara selama ini dikenal sebagai pribadi biasa seperti layaknya anak desa dan tidak pernah menunjukkan gelagat aneh. Selepas lulus dari SD Jambon, ia kemudian melanjutkan pendidikan di sebuah SMP di Malebo Kandangan, lalu berlanjut menuntut ilmu di sebuah pondok pesanren di Patean, Kabupaten Kendal.

"Terakhir pulang sebulan lalu dan kontak dengan anak saya itu lima hari lalu. Dia cuma SMS mengabarkan ingin pulang ke rumah, padahal mestinya kalau pulang  nanti secara resmi dari pondoknya. Saya berharap dia bisa pulang dengan selamat dan tidak seperti yang dikabarkan," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement