Senin 14 May 2018 16:45 WIB

Rentetan Teror di Surabaya Gunakan Bom High Explosive

Kapolri mengatakan seluruh pelaku teror Surabaya menggunakan bom yang bentuknya sama.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Bayu Hermawan
Kapolri Jenderal Tito Karnavian
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Kapolri Jenderal Tito Karnavian

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan, jenis bom yang digunakan para pelaku teror dalam serangkaian aksi di Surabaya dan Sidoarjo bermacam-macam. Namun demikian, kata Tito, bom yang digunakan di semua titik kejadian bentuknya hampir sama, yaitu menggunakan bom pipa.

"Tapi ada yang ditumpuk, ada yang ditambah jumlahnya, ada lagi yang ditambahkan bensin, seperti dalam kasus di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya Jalan Arjuno," ujar Tito di Mapolda Jatim, Surabaya, Senin (14/5).

Tito juga mengungkapkan, yang penemuan sementara dari Puslabfor, material bahan peledaknya adalah TATP (triacetone triperoxide). Bahan peledak tersebut menurutnya yang sangat dikenal di kelompok ISIS, terutama di Irak dan Suriah. Material ini terbuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh.

"Tapi diramu sedemikian rupa dengan bahan lain dan kemudia bubuknya bisa menjadi TATP yang high explosive," kata Tito.

Tito mengatakan, bom high explosive itu jumlahnya tidak harus besar. Tapi, memiliki perubahan dari padat menjadi gas yang sangat cepat, sehingga bisa menimbulkan efek yang besar. Bahkan, saking berbahayanya, bom ini disebut the mother of satan atau ibu daripada setan.

"Karena daya ledaknya tinggi tapi sangat sensitif. Kalau bahan bahan peledak high explosive lain seperti TNT, C-4 itu harus didiledakan dengan detonator. Ledakan di sini kadang-kadang dengan guncangan atau panas saja dia bisa meledak sendiri," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement