Senin 14 May 2018 16:15 WIB

Jokowi: Libatkan Anak-Anak, Pelaku Teror tidak Bermartabat

Jokowi mengecam pelaku teror yang melibatkan anak-anak dalam melancarkan aksinya.

Presiden Jokowi bersama beberapa jajaran petinggi negara dan daerah di Surabaya meninjau TKP bom bunuh diri Surabaya.
Foto: Republika/Debbie Sutrisno
Presiden Jokowi bersama beberapa jajaran petinggi negara dan daerah di Surabaya meninjau TKP bom bunuh diri Surabaya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengecam pelaku teror yang melibatkan anak-anak dalam melancarkan aksinya. Presiden mengaku terpukul mengetahui ada anak-anak yang dibawa oleh pelaku saat melakukan bom bunuh diri.

"Saya mengajak kita semuanya, utamanya pada para mubaligh agar bisa dan bersama-sama kita sampaikan, mengenai betapa tidak bermartabatnya aksi teror tersebut. Saya lihat sendiri secara langsung, bagaimana teroris membawa dua anak kecil yang umurnya 9 tahun dan 12 tahun," kata Presiden Jokowi dalam acara Halaqah Nasional Hubbul Wathon dan Deklarasi Gerakan Nasional Muballigh Bela Negara di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Senin (14/5).

Jokowi menjelaskan, dua anak kecil itu diturunkan oleh ayahnya dari mobil, digandeng oleh ibunya masuk ke halaman gereja, lalu meledakkan diri bersama-sama. Presiden mengaku melihat langsung jenazah anak-anak itu dan merasa sangat prihatin serta terpukul.

"Mayatnya saya masih lihat. Bomnya ditaruh di bom sabuk. Anaknya diberi, ibunya juga diberi," ujarnya.

Teror yang melibatkan anak kecil, kata Presiden, kembali terjadi pada Senin pagi karena anak umur 8 tahun dan 15 tahun turut serta di tempat kejadian perkara. "Tadi pagi juga sama, membawa anak kecil lagi. Tadi saya juga baru dapat informasi, ada anak yang dibawa lagi, umur 8 tahun, umur 15 tahun," kata Presiden.

Mantan gubernur DKI itu sangat prihatin dengan rangkaian pengeboman yang terjadi di Tanah Air. Dia mengajak seluruh pihak untuk melawan terorisme "Kemarin tiga bom di Surabaya, dan malamnya, tadi malam masih ada lagi bom di Sidoarjo, tadi pagi juga masih ada bom lagi di Surabaya," katanya.

(Baca: Kapolri Duga Pelaku Pengeboman di Surabaya Sekeluarga)

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan, berdasarkan hasil identifikasi, diketahui bahwa para pelaku bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya merupakan satu keluarga. Pelaku pengeboman di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), Jalan Arjuna, Surabaya, adalah Dita Upriyanto yang diduga kuat adalah bapak dari keluarga pelaku pengeboman.

Kemudian, untuk pelaku pengeboman yang melancarkan aksinya di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro, Surabaya, diduga kuat adalah istri dari Dita bernama Fuji Kuswati. Saat melancarkan aksinya, Fuji juga membawa dua anak perempuannya bernama FS (12) dan FR (9). Terakhir, yang melakukan pengeboman di Gereja Santa Maria, Jalan Ngagel, Surabaya, diduga kuat dua anak laki-laki dari Dita dan Fuji. Menurut Tito, kedua anak yang dimaksud bernama YF (18) dan FH (16).

(Baca juga: Bom tak Sengaja Meledak, Anak dan Istri Ikut Meninggal)

Kemudian, pada Ahad malam, bom rakitan meledak di lantai 5 blok B Rusunawa Wonocolo, Sepanjang, Sidoarjo. Ada enam orang yang terdiri atas satu keluarga menjadi korban. Korban meninggal dunia adalah Anton Febrianto (47) yang merupakan kepala keluarga, istrinya bernama Puspita Sari (47), dan satu anak perempuannya bernama RAR (17).

Sementara itu, tiga korban lainnya, yang merupakan anak Anton dan Puspita, dinyatakan masih hidup. Ketiganya tidak mengalami luka dan dua harus menjalani perawatan. Serangan teror terakhir yang melibatkan anak-anak terjadi pada Senin (14/5) yang menyasar Mapolrestabes Surabaya.

(Baca juga: Kapolri Sebut Pengebom Mapolrestabes Surabaya Satu Keluarga)

Kapolri mengatakan, pelaku penyerangan bom di Mapolrestabes Surabaya pada Senin (14/5) pagi merupakan satu keluarga. Kapolri mengungkapkan, penyerang Mapolrestabes Surabaya merupakan kelompok sama yang menyerang tiga gereja di Kota Surabaya, Ahad (14/5) kemarin.

"Ada lima orang. Mereka ini masih satu keluarga, lagi masih diidentifikasi oleh kita," ujarnya, Senin (14/5).

Dalam aksinya, lima orang itu meledakkan diri dan empat di antaranya meninggal dunia. "Mereka mau masuk dan penjagaan cukup ketat. Saat disetop, ada mobil anggota masuk, kemudian ada ledakan. Empat orang meninggal, anak tersebut terlempar, masih selamat," ungkapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement