REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Jajaran Polres Purwakarta meningkatkan pengamanan menyusul insiden kemanusiaan, bom bunuh diri di sejummah titik di wilayah Jawa Timur. Kapolres Purwakarta AKBP Twedi Aditya Bennyahdi, mengatakan, sejak Ahad (13/5) malam sampai saat ini, pihaknya memberlakukan status siaga.
"Pengamanan kita tingkatkan. Termasuk di Mapolres," ujar Twedi, kepada Republika, Senin (14/5).
Menurut Twedi, pengamanan khusus ini dilakukan di sejumlah tempat ibadah, objek vital nasional, mapolres, serta polsek-polsek. Pengamanan ini, dengan metode baru dan disempurnakan. Selain itu, para anggota yang melalukan pengamanan juga dipersenjatai lengkap.
Terkait dengan pengamanan di tempat ibadah dan objek vital nasional, Twedi mengaku, pihaknya sudah bersinergi dengan unsur TNI. Sedangkan pengamanan di lingkungan mako polisi, dilakukan oleh anggota saja.
"Jadi, mulai hari ini siapa pun yang masuk ke mapolres maupun mapolsek harus diperiksa. Ada petugas kami yang membawa metal detektor, cermin dan juga senjata," ujarnya.
Menurut Twedi, dengan maraknya aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh jaringan teroris, pihaknya juga melakukan pengawasan terhadap eks teroris yang ada di Purwakarta. Apalagi, saat ini pihaknya sudah menerima tembusan mengenai jaringan-jaringan yang diwaspadai.
"Di kita, memang ada warga yang eks teroris. Tapi, Alhamdulillah mereka sudah insyaf. Meski demikian, kita tetap waspada dan mengawasi keberadaan mereka," ujarnya.
Sementara itu, Rosad Nurdin (47 tahun) warga Desa Citalang, Kecamatan Purwakarta, mengaku kaget dengan adanya pengamanan ketat saat memasuki Mapolres Purwakarta. Apalagi, pengendara sepeda motor maupun mobil, diperiksa dengan menggunakan metal detektor. Untuk pengendara motor yang bawa tas juga diperiksa isinya.
"Saya kaget saat diberhentikan oleh petugas yang membawa senjata laras panjang. Isi tas saya juga digeledah," ujarnya.