Senin 14 May 2018 05:07 WIB

Tantangan Komunitas Muslim di Masyarakat Non-Muslim

Tingkat kriminalitas di UEA paling rendah di Timur Tengah.

Ikhwanul Kiram Mashuri
Foto:

Ketiga, bagaimana menghadapi ekstremisme agama dan Islamophobia yang dianggap menjadi perintang pembauran komunitas Muslim dengan masyarakat setempat. Keempat, peran komunitas Muslim untuk ikut membangun peradaban yang menjunjung tinggi pluralitas. Kelima, perlunya membuat tatanan baru dunia yang menjamin kehidupan beragama, termasuk bagi komunitas Muslim.

Dalam seminar dua hari itu, ada sesi yang dikhususkan bagi para perwakilan komunitas Muslim dari berbagai negara yang masyarakatnya non-Muslim. Dari perwakilan negara-negara Asia, Afrika, Eropa hingga Amerika Latin. Ada beberapa persoalan yang menonjol. Dari kesulitan membangun masjid, beribadah di tempat kerja, mencari makanan halal, hingga pandangan sinis masyarakat setempat ke komunitas Muslim.

Namun, ada juga materi-materi pembahasan yang bersifat introspektif atau mengevaluasi diri sindiri. Misalnya, adanya dai-dai dan khatib Jumat yang datang atau sengaja didatangkan dari negara asal komunitas Muslim berasal. Para dai ini dianggap kurang memahami situasi dan kondisi masyarakat Muslim di negara di mana mereka hidup dan beranak-pinak. Para dai ini tidak jarang mengecam masyarkat dan negara setempat dan bahkan menganggapnya sebagai kafir. Hal yang demikian tentu akan menyulitkan komunitas Muslim untuk membaur dengan masyarakat setempat.

Dengan hanya dua hari seminar tentu tidak cukup untuk membahas dan apalagi mencari solusi dari berbagai persoalan yang dihadapi komuntas-komunitas Muslim di masyarkat negara non-Muslim. Karena itu, para peserta seminar sepakat untuk meluncurkan ‘al Majlis al ‘Alamy li al Mujtama’at al Muslimah’ alias ‘Komite Internasional untuk Komunitas Muslim’ yang bermarkas di Abu Dhabi.

Komite ini sebagai lembaga permanen yang akan mengadvokasi persoalan-persoalan komunitas Muslim di masyarakat negara non-Muslim, bekerja sama dengan lembaga-lembaga lokal dan internasional, terutama PBB. Saya sebagai wartawan dan Wakil Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar untuk Indonesia termasuk yang menandatangani deklarasi pembentukan lembaga ini.

Salah satu tujuan dari lembaga ini adalah bagaimana membantu komunitas Muslim bisa membaur dengan masyarakat negara setempat (non-Muslim), tanpa menghilangkan identitas mereka sebagai Muslim. Termasuk dalam soal akidah dan ibadah. Dengan pembauran itu diharapkan komunitas Muslim di mana pun mereka hidup bisa ambil bagian dalam pembangunan dan kemajuan negara dan bangsa setempat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement