Ahad 13 May 2018 21:34 WIB

Kemensos Turunkan Tim Bantu Trauma Korban Bom Surabaya

Dikatakan Mensos, korban bencana sosial biasanya merasa takut, cemas, dan waswas.

Polisi mengamankan lokasi parkir sepeda motor tempat ledakan bom terjadi di Gereja Pantekosta, Surabaya, Ahad (13/5)
Foto: STR/EPA-EFE
Polisi mengamankan lokasi parkir sepeda motor tempat ledakan bom terjadi di Gereja Pantekosta, Surabaya, Ahad (13/5)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Sosial menerjunkan 25 orang personel tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) untuk membantu korban teror bom rumah ibadah di Surabaya, Jawa Timur yang terjadi pada Ahad (13/5) pagi. Menteri Sosial Idrus Marham dalam keterangannya mengatakan, ini merupakan tanggung jawab negara. 

"Dengan adanya tim LDP, diharapkan dapat memberikan rasa tenang dan menghapus trauma korban dan keluarga korban secara perlahan-lahan. Kami akan berupaya sebaik mungkin menangani korban dan keluarganya," kata Mensos, Ahad.

Selain personel LDP, Kemensos juga menurunkan Taruna Siaga Bencana (Tagana) sebanyak 30 orang, ditambah Tenaga Pelopor Perdamaian, Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur dan Dinas Sosial Kota Surabaya untuk membantu para korban.

Dikatakan Mensos, korban bencana sosial biasanya merasa takut, cemas dan waswas. Mereka juga tidak mau ditinggal sendiri dan mudah curiga pada orang lain. Oleh karena itu Tim LDP harus menggunakan seragam sebagai identitas sehingga mudah dikenali dan memberikan rasa percaya terhadap korban.

Kepada tim Kementerian Sosial di Surabaya, ia menyampaikan agar memastikan terus berada dekat dengan korban dan memenuhi kebutuhan mereka. 

"Jadilah pendengar yang baik. Biarkan mereka ekspresikan perasaannya karena itu salah satu upaya mental katarsis untuk penyembuhan dari kejadian traumatis," kata Mensos.

Mensos juga menyampaikan duka cita mendalam atas terjadinya pengeboman pada tiga gereja di Surabaya. Ia mengatakan, kejadian ini menggoreskan luka bagi seluruh warga Indonesia. 

"Oleh karena itu Kementerian Sosial mengambil langkah-langkah cepat dengan fokus utama menangangi para korban sebaik-baiknya," kata dia.

Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat mengatakan, sesaat setelah ledakan, tim Kementerian Sosial menyebar ke tiga titik lokasi kejadian. Sebagian lagi melakukan pendataan di empat titik rumah sakit, tempat para korban dirawat.

"Tim di lapangan secara intensif melakukan pendataan by name, by adress, seluruh korban meninggal maupun korban luka-luka. Ini untuk keperluan pendampingan lebih lanjut dan penyiapan santunan untuk ahli waris korban meninggal serta bantuan korban luka," katanya.

Anggota LDP Provinsi Jawa Timur Twi Adi mengatakan salah satu upaya yang dilakukan timnya adalah membantu mempertemukan keluarga korban dengan korban.

"Tim kami menemukan seorang nenek yang menangis dan kebingungan di rumah sakit dan mencari adiknya yang hilang. Beliau dilaporkan melakukan ibadah di gereja GPPS Jalan Arjuna," katanya.

Pengeboman terjadi di tiga lokasi Gereja di Surabaya, Jawa Timur, yakni Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Ngagel, Gereja GKI di Jalan Diponegoro, dan Gereja GPPS di Jalan Arjuna. Hingga pukul 18.00 WIB, berdasarkan data kepolisian, tercatat 13 orang meninggal dunia dan puluhan orang luka-luka.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement