Jumat 11 May 2018 02:21 WIB

Masyarakat Gelar Doa Bersama di Mabes Polri

Masyarakat menggelar doa bersama untuk lima personel Polri yang gugur di Mako Brimob.

Sejumlah petugas Brimob berjaga pasca kerusuhan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Rabu (9/5).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah petugas Brimob berjaga pasca kerusuhan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Rabu (9/5).

REPUBLIKA.CO.ID ,JAKARTA -- Sejumlah tokoh lintas agama dan masyarakat melakukan doa bersama di depan Mabes Polri, Kamis (10/5) malam, untuk lima personel Polri yang gugur dalam kerusuhan di rumah tahanan (rutan) Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Tokoh-tokoh lintas agama juga berharap aksi terorisme tidak terjadi lagi di Indonesia.

Para tokoh agama dan masyarakat mengenakan baju berwarna putih dan memegang bunga mawar sebagai lambang duka atas kepergian lima personel yang gugur saat menjalankan tugas. "Kami tidak takut terorisme, kami tidak takut radikalisme," ujar Ketua Lembaga Dakwa Nadhatul Ulama (LDNU) Maman Imanulhaq saat memimpin doa.

Dalam doanya, ia berharap masyarakat Indonesia selalu diberi keberanian dan tidak takut pada ancaman terorisme. Selain itu, diharapkan tidak terjadi lagi peristiwa yang menelan korban dan orang disadarkan dari keinginan melakukan kejahatan.

Orang yang memahami agama, ucap Maman, justru tidak akan melakukan aksi terorisme yang melukai sesama manusia. "Jangan mundur menghadapi kelompok teroris, Indonesia akan jaya melawan orang yang terus menebar kebencian dan permusuhan," ucap Maman.

Selain doa bersama, acara juga berisi menyanyikan lagu Indonesia Raya, Gugur Bunga, dan Indonesia Pusaka yang dipimpin oleh Joy Tobing serta membaca Pancasila bersama. Di depan Mabes Polri tampak beberapa karangan bunga ucapan belasungkawa atas gugurnya lima personel Polri dari sejumlah pihak.

Seperti diketahui, bentrokan antara narapidana kasus terorisme (Napiter) dengan anggota polisi terjadi di Mako Brimob pada Selasa (9/5) malam lalu. Dalam peristiwa ini, napiter sempat menguasai sebagian rutan Mako Brimob, dan menewaskan lima anggota polisi.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Mohammad Iqbal menegaskan, penyebab kerusuhan berbuntut penyanderaan itu terkait soal makanan.

"Sudah sering saya sampaikan bahwa kejadian ini dipicu oleh permasalahan makan tahanan harus diverifikasi petugas, terjadi miskomunimasi di situ terjadi keributan," kata Iqbal di Kompleks Polisi Direktorat Polisi Satwa, Baharkam Polri, Kelapa Dua, Depok, Kamis (10/5).

Sejumlah situs di internet mengatasnamakan ISIS, termasuk kantor berita Al-Amaw mengaku bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Namun, Iqbal membantah hal tersebut. "Sampai saat ini kami membantah itu. Sampai saat ini insiden itu hanya dipicu permasalahan makan," kata Iqbal menegaskan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement