REPUBLIKA.CO.ID, PADANG --Tren perlambatan laju pertumbuhan ekonomi Sumatra Barat (Sumbar) terus berlanjut. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, pertumbuhan ekonomi Sumbar pada kuartal pertama 2018 'hanya' sebesar 4,71 persen (tahun ke tahun/ yoy).
Angka ini terus menunjukkan penurunan pertumbuhan, sejak kuartal I 2016 dengan angka 5,59 persen dan kuartal I 2017 yang tumbuh 5,01 persen. Ekonomi Sumbar juga tumbuh negatif secara kuartalan, -0,84 persen dibanding kuartal IV 2017.
Kepala BPS Sukardi menjelaskan, dinamika ekonomi di Sumbar menyumbang pengaruh terhadap perlambatan ekonomi Sumbar. Dari sisi lapangan usaha misalnya, sektor pertanian yang menyumbang kue pertumbuhan hingga 23,59 persen, hanya sanggup tumbuh 2,35 persen di kuartal I 2018 ini.
Padahal tahun lalu pertanian Sumbar mampu tumbuh 4,12 persen. Alasan melambatnya pertumbuhan di sektor pertanian, musim panen yang bergeser dan luasan panen yang berkurang. Sementara industri pengolahan yang menyumbang 9,18 persen kue pertumbuhan, justru tumbuh negatif di angka -2,29 persen. Padahal tahun lalu, industri pengolahan yang juga mencakup produk CPO bisa tumbuh 3,8 persen.
"Berdasarkan laporan pengusaha, pohon kelapa sawit di Sumbar sudah mulai tua sehingga produksinya menurun. Sehingga butuh peremajaan. Industri di Sumbar, 70 persen disumbangkan oleh CPO. Sehingga saat produksinya turun, dia akan sangat berpengaruh," jelas Sukardi di Kantor BPS Sumbar, Senin (7/5).
Selain itu, sektor perdagangan juga tumbuh melambat di angka 5,46 persen. Hal ini, lanjut Sukardi, disebabkan perlambatan produksi barang domestik dan penurunan suplai barang impor.
Di sisi pengeluaran, seluruh komponen mengalami pertumbuhan positif kecuali ekspor dan impor. Ekspor luar negeri dari Sumbar mengalami kontraksi dengan angka pertumbuhan -18,11 persen (yoy) karena anjloknya produksi CPO. Sementara untuk impor, penurunan lebih disebabkan oleh berkurangnya suplai BBM impor.
Sejumlah catatan lain yang ikut mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Sumbar, di antaranya inflasi Kota Padang di kuartal I 2018 sebesar 0,65 persen, penurunan pertumbuhan industri makanan minuman akibat output pengolahan sawit yang ikut berkurang, dan realisasi belanja pemerintah di kuartal I 2018 yang terkontraksi 5,09 persen dibanding kuartal IV 2017. Luasan panen yang merosot dan produksi semen yang ikut berkurang di kuartal I 2018 juga memberikan sumbangan terhadap perlambatan laju pertumbuhan ekonomi.
Meski mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, Sumbar berada di papan tengah di antara provinsi lain di Pulau Sumatra. Pertumbuhan ekonomi Sumbar bertengger di posisi kelima di Sumatra setelah Sumatra Selatan dengan angka 5,89 persen, Lampung 5,16 persen, Bengkulu 5,08 persen, dan Sumut 4,73 persen.